Tulisan ini berjudul asli "Literasi Desa". Sudah pernah saya unggah di Akun Facebook Pribadi pada tanggal 08 September 2018.
Kalau saja setiap desa ada minimal 10 orang, yang bersedia mendedikasikan waktu, tenaga, fikiran dan materi untuk menghidupkan kegiatan Literasi, Â secara khusus meningkatkan Minat Baca Masyarakat, maka kemajuan desa sudah ada didepan mata.
Di setiap desa sudah ada puluhan bahkan mungkin ratusan orang bergelar akademik,  memiliki intelektualitas tinggi, sukses di usaha, profesi dan pekerjaannya, namun baru untuk dirinya sendiri.  Kebanyakan orang menjadikan desa hanya  sebagai tempat tinggal, berteduh dari panas dan hujan, membangun imperium pribadi belaka.
Tingkat pemahaman sebatas bahwa  urusan desa seolah olah hanya tugas perangkat pemerintahan desa. Sampai banyak yang lupa bahwa di seluruh penjuru desa masih membutuhkan banyak perhatian,  khususnya peningkatan kualitas SDM.
Banyak orang yang mengaku "pintar" Â dan lebih senang menunjukkan "kepintarannya" melalui Lisan/bicara/pidato. Apalagi sekarang ada tambahan gaya baru yaitu pintar berceloteh dengan update status atau menebar komentar di media sosial. Namun ketika diajak bicara tentang desa (yang notabenene menjadi tempat lahir/tempat tinggal/tempat buang hajat tiap hari/tempat membangun prestisius keluarganya dst) Â yang ada malah "Ngeles" (menghindar), berdalih, Â beralasan yang dibuat "masuk akal".
Banyak yang Ingin Memajukan Desa, Tetapi melewatkan Cara jitu nya.
Setiap Calon Kepala Desa biasa menyampaikan visi misinya.. Â Salah satunya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Â meningkatkan kualitas SDM desa dan bla bla bla.
Ketika ditajamkan lagi "bagaimana caranya", jawabannya sangat pragmatis... Dan bla bla bla lagi... Â He he he.
Tak ada satupun yang memasukan kata kata baca dalam visi misi atau program kerja. Mislanya
"membangun kebiasaan membaca", "menjadikan 10% warga gemar membaca"
"membuat 10 Taman Baca di desa"