Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Desa Tematik, Terobosan Menteri Desa Yandri Susanto

3 Januari 2025   11:31 Diperbarui: 3 Januari 2025   13:11 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendes Tidur di desa belanja masalah desa (Sumber : tribun)

Desa Ambong di Sulawesi Utara menawarkan wisata budidaya ikan air tawar dan edukasi pengolahan produk perikanan, menghasilkan Rp 50 juta per bulan dari wisatawan dan penjualan ikan.

Sementara itu, Desa Awarange di Sulawesi Selatan mengandalkan tambak bandeng dan udang, serta produk olahan seperti bandeng presto, dengan pemasukan mencapai Rp 72,5 juta per bulan.

Di Desa Sekotong, Lombok Barat, wisatawan dapat menikmati snorkeling, mengunjungi tambak mutiara, dan mengikuti workshop pengolahan ikan, memberikan pendapatan sekitar Rp 70 juta per bulan.

Demikian pula pembangunan desa tematik pertanian. Ternyata mampu menggairahkan perekonomian desa selain memproduksi hasil pertanian, juga memiliki dampak turunan ke beberapa sektor ekonomi. Seperti yang terjadi di Desa Bejiharjo di Yogyakarta menawarkan agrowisata kebun salak, di mana pengunjung dapat memanen salak dan belajar mengolahnya menjadi produk seperti keripik dan sirup, menghasilkan sekitar Rp 130 juta per bulan dari 5.000 pengunjung.

Di Desa Cikole, Lembang, Jawa Barat, wisata kebun stroberi menarik 6.000 wisatawan per bulan dengan kegiatan memetik stroberi langsung, edukasi hidroponik, dan penjualan produk olahan, mencatat pemasukan sekitar Rp 200 juta per bulan. Desa Gubugklakah di Malang, Jawa Timur memanfaatkan kebun apel sebagai daya tarik utama, dengan pengalaman memetik apel, pengolahan menjadi produk seperti cuka dan keripik, serta wisata desa, menghasilkan Rp 160 juta per bulan dari 4.000 pengunjung.

Desa Tegalarum di Kulon Progo, Yogyakarta, fokus pada wisata kopi robusta, memungkinkan wisatawan memetik, menyangrai, dan menyeduh kopi, sekaligus membeli produk kopi khas desa, dengan pendapatan sekitar Rp 80 juta per bulan dari 2.500 pengunjung.

Sementara itu, Desa Jatiluwih di Bali, yang terkenal dengan keindahan sawah terasering dan sistem irigasi Subak, menarik hingga 10.000 wisatawan per bulan. Dengan tiket masuk dan penjualan produk tani seperti beras organik, desa ini mencatat pemasukan sekitar Rp 450 juta per bulan.

Beberapa contoh success story pembangunan desa tematik ini bisa menjadi benchmark bagi pembangunan desa tematik secara nasional ke depan. Atau direplikasi menjadi model pembangunan desa secara nasional. Hal ini pun sejalan dengan gagasan menteri desa Yandri Susanto, yakni mendorong pembangunan tematik desa berbasis ketahanan pangan sebagai salah satu layer ekonominya.

Dalam rilisnya, Mendes Yandri katakan, pentingnya pengembangan desa tematik sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan nasional. Beliau menyatakan bahwa Kementerian sedang menyusun modul untuk berbagai jenis desa tematik, seperti desa padi, desa jagung, dan lainnya, yang disesuaikan dengan potensi masing-masing desa (Sumber : Trito 29/12/2024)

Mendes Tidur di desa belanja masalah desa (Sumber : tribun)
Mendes Tidur di desa belanja masalah desa (Sumber : tribun)
Pernyataan Mendes terkait pembangunan desa tematik berbasis keragaman pangan, sejalan dengan substansi penting swasembada pangan nasional. Diversifikasi pangan adalah langkah strategis untuk mencapai swasembada pangan, dengan menjadikan produksi pangan desa sebagai pilar utama yang mendukung ketahanan pangan nasional.

Dengan memanfaatkan potensi lokal dan mengembangkan berbagai komoditas pangan yang beragam, kita tidak hanya memperkuat ketahanan pangan di tingkat desa, tetapi juga menciptakan keberagaman konsumsi yang sehat dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun