Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hikmah Jumat; Fiscal Buffer Ala Nabi Yusuf

29 November 2024   08:52 Diperbarui: 29 November 2024   08:52 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara yang fokus pada kebijakan menabung menganggap bahwa tingkat tabungan yang tinggi penting untuk membiayai investasi domestik tanpa bergantung pada utang luar negeri.

Menurut teori ini, negara yang mampu menabung lebih banyak akan memiliki lebih banyak dana untuk investasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pandangan ini lebih dekat pada teori ekonomi Robert Solow, Paul Romer.

Dua tokoh ini (Robert Solow, Paul Romer), menekankan bahwa, pertumbuhan ekonomi jangka panjang dapat dicapai dengan memaksimalkan akumulasi modal, baik modal fisik maupun modal manusia. Negara yang mengutamakan tabungan berusaha mengumpulkan modal untuk mendanai pembangunan infrastruktur dan sektor-sektor produktif yang akan meningkatkan produktivitas ekonomi.

Pasca Great depression (1930), kebijakan fiskal Amerika Serikat yang sering kali melibatkan defisit dan peningkatan utang berakar pada pendekatan yang lebih fleksibel dalam pengelolaan ekonomi, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan pengeluaran domestik dan stimulus ekonomi dalam jangka pendek.

Dalam ekonomi yang terlalu Keynisian, defisit fiskal yang tinggi dapat diterima sebagai cara untuk mengatasi penurunan ekonomi, yang bisa mempercepat pemulihan ekonomi melalui investasi publik dan pengeluaran sosial. Defisit fiskal yang didanai oleh utang dianggap tidak terlalu berbahaya selama tingkat utang tersebut tidak melebihi kapasitas ekonomi negara untuk membayar kembali.

Eropa Timur lebih menekankan pada stabilitas keuangan jangka panjang dengan menabung dan menghindari utang, sementara Amerika Serikat lebih fokus pada penggunaan defisit fiskal sebagai alat untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan menjaga daya saing global melalui pembiayaan utang yang dapat dikelola dalam mata uang yang dominan di dunia.

Dari tiga pandangan diatas, ada hikmah yang patut kita petik. Indonesia perlu memiliki cadangan fiskal yang cukup untuk menghadapi krisis. Membangun buffer fiskal bisa dilakukan dengan menabung di masa surplus untuk digunakan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Akan tetapi, Indonesia juga perlu menjaga keseimbangan anggaran dan mengurangi ketergantungan pada utang, terutama utang luar negeri yang dapat menambah beban fiskal. Tetapi, ini perlu dilakukan dengan memperhatikan prioritas pembangunan dan pengurangan kemiskinan

Dalam menghadapi krisis atau untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, Indonesia bisa mengambil langkah fiskal ekspansif, seperti yang dilakukan Amerika Serikat, dengan hati-hati dalam mengelola defisit dan utang agar tidak berisiko tinggi. Wallahu'alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun