Kan PAD itu sumbernya dari pajak daerah seperti pajak hotel, restoran, reklame, penerangan jalan serta retribusi daerah seperti retribusi jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu dll
Titik tumbuh ekonomi pada sektor-sektor produktif itulah yang menjadi base income daerah. Oleh sebab itu, investasi pada core bisnis daerah melalui belanja prioritas diperlukan. Perlu reformasi struktural, agar ekonomi tumbuh secara produktif dan pro rakyat.
Memangnya segampang itu bupati dengan jaringan pusat bisa bawa uang pulang bangun Alor? Bulstit ! Pemerintah pusat itu sudah punya rumusan teknokratik terkait desentralisasi dan perimbangan keuangan pusat dan daerah
Misalnya, DAU, rumusnya adalah ; Dana Alokasi Dasar+Alokasi Celah Fiskal. DAD ditetapkan berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah (PNSD) di masing-masing daerah.
Sementara celah fiskal, dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal daerah dan kapasitas fiskal daerah. Kebutuhan fiskal mencakup berbagai faktor seperti jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita.
Demikian juga dengan DAK yang dialokasikan berdasarkan ; indikator kebutuhan + indikator pendanaan daerah + indikator prioritas nasional. Jadi bukan mentang-mentang bapa punya bupati ada jaringan pusat. Rumusan teknokratik juga terjadi pada Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Insentif Daerah dan Dana desa.
Berkali-kali saya menulis di artikel terkait ini, bagaimana ekonomi Manggarai Barat bisa tumbuh lebih cepat. Dengan kapasitas fiskal yang lebih baik di NTT meskipun cuma "indeks sedang." Itu karena sektor formal di bidang jasa pariwisata dan ekosistem tumbuh lebih baik.
Dengan reformasi struktural, pemerintah Mabar mampu rebranding local content-nya dengan market value yang besar. Pemerintah daerah mengarahkan belanja investasi ke arah core bisnis daerah. Hal inilah yang mendorong masuknya investasi, karena Pemda telah meletak fondasinya melalui prioritas belanja daerah. "Bukan ke Jakarta bawa uang pulang ke kampung."
Sekarang kita lihat itu Labuan Bajo, per Juli 2024, kedatangan orang rata-rata lewat kapal terbang ke Labuan Bajo ada 60.300 orang, lewat transportasi laut lebih dari 100 ribu orang. TPK atau Tingkat Penghunian Kamar di hotel berbintang di atas 60%, rata-rata lama menginap tamu (RLMT) dua malam. Otomatis sirkulasi uangnya lebih cepat, return ke daerah juga lebih baik.
Contoh Manggarai Barat adalah benchmark yang cocok untuk meningkatkan return daerah. Bukan dengan menjual obat "pilih figur dengan jaringan pusat, agar bisa bawa uang pulang Alor atau NTT."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H