PAN termasuk partai yang mampu melewati badai internal secara khusnul khatimah pasca kongres V di Kendari (2020). Jiwa besar kader pasca dinamika kongres PAN V, sejatinya merefleksikan suatu corak demokrasi yang inklusif di tubuh PAN. Dus dukungan agar ZH kembali memimpin PAN dari arus bawah pada Kongres PAN VI yang akan digelar pada 23 Agustus 2024, menegaskan, bahwa dinamika demokrasi PAN memiliki basis populisme yang kuat karena dukungan dari kader akar rumput. Bukan eskalasi vertikal---puncak kekuasaan.
Seturut itu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pun melewati dinamika yang rumit. Karena harus berseteru dengan NU sebagai basis kulturalnya. Biar bagaimanapun, NU dan PKB, memiliki relasi ideologis, historis dan kultural. Namun ada anasir-anasir politik yang ingin mengakhiri masa berkuasa Muhaimin (Cak Imin) di PKB.
Tapi apakah ada juga tangan tuhan (t) di balik anasir politik NU menjegal cak Imin? Wallahu'alam. Tapi Cak Imin itu bak Squeak dalam serial Tales of the Riverbank. Karakter tikus kecil yang cerdas dan lincah. Dipegang ekor dia berkelit, dipegang kepala ia menggigit. Pasca pertemuan cak Imin dengan Kyai Syukron Ma'mun, cak Imin katakan "anda sopan kami segan, anda bajingan kami sikat."Bisa saja pernyataan ini ditujukan ke PB NU.
Apapun itu, dalam masa transisi politik dan konsolidasi pemerintahan, riak-riak politik harus dijaga pada level normal. Tak berlebihan lalu berdampak pada kegaduhan dan ketidakpastian politik---kebijakan. Dan mungkin perlu kita renungkan pendapat Dani Rodrik, bahwa "stabilitas politik akan sangat mempengaruhi arus modal dan investasi asing." Antara politik dan ekonomi, sama-sama membutuhkan stabilitas dan pertumbuhan*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H