Risiko imported inflation, mengandaikan produk yang diimpor untuk domestic consumption makin mahal. Cadangan devisa tergerus. Rupiah kembali kehilangan daya. Circle nya demikian.
Yang bisa dilakukan pemerintah adalah memperkuat struktur ekonomi (PDB). Diantara 17 sektor yang selama ini menjadi driver of growth harus diperkuat dengan berbagai insentif dan kemudahan.
Yang bisa memitigasi rapuhnya pasar portfolio adalah FDI (foreign direct investment) yang diarahkan pada sektor prime mover seperti industri, pertanian dan perdagangan.
Ingat, surplus neraca dagang RI 24 bulan berturut-turut yang membuahkan windfall income, disumbang oleh ekspor nonmigas (produk hasil Industri dan pertanian).
Dari sisi moneter, langkah melajukan LCS (local currency settlement), perlu di perluas ke negara mitra dagang utama. Dalam rangka melepaskan diri dari hegemoni USD.
Juga mempertimbangkan repatriasi hasil ekspor, hingga permintaan terhadap rupiah dapat memompa rupiah di bawah bayang-bayang apresiasi USD.
Membayangkan risiko kekeringan likuiditas, sama halnya membayangkan betapa beratnya pikiran bapak Peri dan bu Srimulyani. Kembalinya ekonomi Indonesia ke zona ekspansi, membuktikan, bahwa, Indonesia punya preseden, keluar dari risiko badai
Wallahu'alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H