Konsekuensinya, defisit APBN bengkak >5%. Pembiayaan utang di atas Rp.800 triliun (untuk kewajiban bunga + pokok). Kendati melanggar UU 17, tapi UU 02 yang DNA-nya dari Perpu, mentoleril.
Dari sisi moneter, BI pun berperan sebagai monetary counter cyclical policy. Bank sentral terlibat dalam membeli SBN di private placement. Singkatnya ini quantitative easing ala Indonesia.
Kebijakan suku bunga rendah, ditahan selama 2020-2021. Demikian pun dari sisi makroprudensil, GWM di jaga pada level rendah, agar perbankan tetap terjaga likuiditas dalam menjalankan intermediary functions. Intinya BI memainkan three intervention, baik dari sisi menjaga inflasi, nilai tukar dan suku bunga/BI 7-Day Repo Rate.
Singkat cerita, dengan pendekatan fiscal and monetary policy, Indonesia mengalami abundance liquidity. Berkelimpahan likuiditas.
Dari sinilah social safety net kita memiliki bantalan cukup tebal dalam APBN. Selain itu, dana PEN mengalir ke sektor esensial, dari belanja pemerintah, ke sektor kesehatan terkait penanganan Corona, restrukturisasi kredit, insentif fiskal dan menyuntik ekuitas ke BUMN. MESKIPUN KORUPSI PEN TERJADI UGAL-UGALAN.
Jadi dalam kondisi tersebut, APBN dan kebijakan moneter, benar-benar pasang kuda-kuda sebagai counter cyclical policy. Kendati di kuartal 2 2021, berbagai indikator makro ekonomi mengalami tekanan cukup dalam, namun cenderung lentur dan bergerak ke arah pemulihan di kuartal selanjutnya.
Singkat cerita, buku ini, mendokumentasi preseden Indonesia dalam menghadapi suatu shock ekonomi yang tak diduga sebelumnya, atau apa yang ditulis Nashim Nicholas, THE BLACK SWAN. Teori angsa hitam.
@KRL Bogor-Jakarta
by Munir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H