Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Uraaa; Dari Pandemik ke Endemik

19 Mei 2022   15:16 Diperbarui: 19 Mei 2022   15:40 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua dampak yang cukup terasa adalah,  pertama, rontoknya pasar saham, setelah The Fed menaikan suku bunga 75 bps. IHSG yang tadinya melesat di 7000an, rontok di angka 6000an sepanjang Mei 2022. 

Arus modal keluar masih berpotensi terjadi, seiring The Fed yang  berencana menaikan suku bunga kebijakan 50 bps. Hal ini memungkinkan dua hal, pertama, investor cenderung menunggu (wait and see) atau kedua; menempatkan aset-nya di safe haven; diantaranya aset portofolio berbasis US dollar. 

Overshoot terhadap kurs rupiah, sangat mungkin terjadi. Hal ini pun berdampak pada bursa saham, khususnya pada emiten-emiten berbasis impor. Selain itu, utang valas/US dollar pun berpotensi terkerek. Hal sebaliknya terjadi emiten berbasis ekspor, justru mendulang profit ketika terjadi depresiasi. 

Di pasar obligasi domestik, tekanan terhadap obligasi pemerintah, pun semakin terasa, seiring meningkatnya yield SBN. Berdasarkan data World Government Bond, Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun, mencapai 125 dan CDS 10 tahun menyentuh level 203. 

Semakin tinggi risiko default,  ekspektasi investor terhadap yield bond makin tinggi. Hal ini akan memberatkan APBN dari sisi tekanan bunga pinjaman pada pos belanja non K/L. Pada APBN 2022, beban bunga utang secara keseluruhan (utang pinjaman + obligasi) sebesar Rp.409,9 triliun.

Faktor inflasi dan kebijakan suku bunga global, sangat memungkinkan, beban bunga utang dalam APBN 2022 kian melebar. Ruang fiskal makin sempit dan APBN tidak fleksibel berfungsi sebagai shockbreaker dalam mitigasi risiko ketidakpastian global. 

Dalam rezim keuangan defisit (pada APBN), utang adalah instrumen fiskal untuk mendorong ekspansi APBN. Oleh sebab itu, pengelolaan utang dan risiko pada teritori yang prudent (sesuai UU) sangat diharapkan. Last but not least, pemanfaatan hutang pada sektor-sektor produktif (padat karya), diharapkan memberikan feedback pada riil ekonomi yang lebih baik.

***

Dalam film Al Fateh, epos penaklukan imperium Romawi Timur (Konstantinopel),  ada part yang menarik tentang tokoh Hasan (Sahabat kecil  Mehmet II). Dengan tubuh gontai ia mencengkram bendera kesultanan Turki. 

Kakinya terpana, dadanya tertombak, ia bertekad, menancapkan bendera di puncak benteng Konstantinopel. Dengan merangkak, keyakinan, harapan dan tekad menggerakan tubuhnya. Ia pun berhasil menancapkan bendera. Hanya dengan  keyakinan, harapan dan tekad, Indonesia pasti bisa !   

Bogor, 18 Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun