Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Deepening "Iqra"

28 April 2021   09:47 Diperbarui: 28 April 2021   10:06 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber : Janella.doc)

Ajaran-ajaran Tauhid Ibrahim a.s, buyar di tengah-tengah geliat Mekah sebagai kota sentrum perdagangan dan ummul quro yang alangkah ramainya. Selain baitullah menjadi pusat ziarah seantero dataran Arab.

Praktek rentenir menggepe kaum kecil. Marginalisasi, dehumanisasi dan perbudakan terjadi dimana-mana. Harkat perempuan tak direken. Tiap anak perempuan dikubur hidup-hidup; karena dianggap aib. Perempuan tiada guna sepeser pun kala itu.

Saban malam, Rasulullah berkhalwat di sana--gua Hira. Menggali kesunyian. Menyandarkan jiwa yang gelisah pada hening. Mencekah enigma di baliknya.

Mencengkam spiritual dan ditarunya dalam lekuk hatinya yang bersih. Tenggelam sedalam-dalamnya pada kesyahduan sunyi---lepas dari geliat kota Mekah yang amburadul secara akidah.

Hingga suatu malam---17 Ramadhan, peristiwa penuh karomah itu berlangsung di tengah khusuknya itikaf Rasulullah. Tiba-tiba saja, sosok ruhul qudus turun mendekap Rasulullah kencang-kencang dari punggung; hingga Rasulullah engap-engap dalam gua sumpek itu.

Rasulullah sesak dan ketakutan, hingga biji keringat dingin meleleh di sekujur tubuh dan basah kuyup. Menggigil bukan main. Dalam situasi tegang dalam gua itulah, Jibril meminta Rasulullah membaca, "Iqra = bacalah."

Apa jadi? Rasulullah buta huruf. Dia seorang yang "ummi" alias tuna aksara. Maka dalam riwayat, Rasulullah pun kelimpungan, meladeni anjuran Jibril---toh dia seorang yang tuna aksara. "Aku tak bisa membaca wahai Jibril," begitu Rasulullah menimpali.

Maka Jibril pun meneruskan, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS : Al alaq : 1-5)

Alangkah sistematisnya kalau direnung-renung tentang ini (QS : Al alaq : 1-5). Pertama, ayat 1-3 yang merefleksikan Allah sebagai penyebab pertama dalam universalitas penciptaan---dengan kemutlakannya sebagai Al khalik. Dan ayat 4-5, merefleksikan transformasi manusia dengan qalam---sebagai simbolisasi ilmu pengetahuan.

Dalam gua sumpek hingga selonjor pun ribet itulah, peradaban Islam dimulai. Alangkah takutnya Rasulullah setelah itu, hingga tak henti-hentinya menggigil tak karuan. Saking takutnya, segera saja hengkang dari gua Hira.

Sampai di rumah, ia minta bininya; siti Khadijah menyelimutinya. Tangan halus Khadijah, menyentuh perlahan pundak lakinya yang amat dingin, sembari menyelimutinya dengan segenap kasih dari palung hati. "Apa gerangan yang menimpamu abang sayang, hingga begitu takutnya dirimu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun