Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Shopping Dulu Baru Lebaran

25 April 2021   10:11 Diperbarui: 25 April 2021   10:26 3123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber : save.id)

Satu-satunya pendapatan pak Sarman adalah dari tanggung renteng warga RT. Nah, sekarang tak sedikit warga kena PHK, bonus dipotong perusahaan. Otomatis tak sedikit yang nunggak iuran RT. Pak Sarman ikut-ikutan kena efek.

Pak Roni yang tukang ojek, saban hari nagkring berlama-lama hingga tertidur di jok motor sampai roboh ke tanah kerana kepulasan. Kelamaan ngetem akibat sepi penumpang. Tak ramai seperti biasa. Pendapatan melorot selama Corona merebak.

Kalau normal saja, pak Roni bisa bawa pulang uang -/+ Rp.300 ribu/hari. Sekarang syukur-syukur dapat goban. Buat beli bensin saja garuk kepala. Belum untuk makan minum di rumah. Kirim ke kampung. Boro-boro shopping ke mall.

Bu Menkeu, bagaimana caranya, orang-orang seperti pak Sarman dan Roni ini, belanja sesuka hati di mall seperti yang ibu ajarkan? Memang penting pertumbuhan ekonomi di atas kertas itu.

Semua demi pamor ibu; selaku menteri keuangan terbaik di seluruh dunia. Entah dari alam nyata hingga alam baka; semua akui. Hanya Rizal Ramli saja yang terkadang uring-uringan dengan menuding ibu selaku SPG utang bank dunia/IMF.

Selaku menteri yang baik, mestinya dalam kondisi yang uncertainty atau tak menentu begini, ibu Menkeu anjurkan masyarakat saving money. Bila ada kebutuhan tiba-tiba, semisal bini yang hamil tua dan tiba-tiba si bayi brojol tak terkira tengah malam, sudah siap-siap. Atau tiba-tiba pengen berbini dua---sudah ada saving money. Yang ini cuma kelakar.

***

Kalaulah kita plototin data BPS, daya beli masyarakat (purchasing power) belumlah bagus-bagus amat. Dari data BI terkait Indeks penjualan riil (IPR) misal, secara m-t-m memang ada geliat pertumbuhan. Namun secara y-o-y, menunjukkan; masih di zona negatif.

Begitu pula kalau kita lihat laju pertumbuhan konsumsi RT yang masih berada di zona negatif. Ada banyak faktor disini. Terutama yang berkaitan pendapatan masyarakat.

Kalau masih banyak orang nestapa seperti pak Sarman atau Roni, apa iya IPR akan meroket? Konsumsi RT akan nungging dan terbang seperti rudal tanpa suatu aral? Apalagi kalangan middle up yang doyan belanja juga masih mawas-- anggurin fulus di bank.

Struktur ekonomi kita kebanyakan melihat pengeluaran saja sebagai ukuran. Padahal, pendapatan masyarakat, adalah faktor penting yang terkait dengan IPR atau laju pertumbuhan konsumsi RT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun