Namun sayang disayang, mulut pedis Ma yang mengkritik struktur pasar finansial rezim Xi Jinping, berbuah pahit. Hingga berujung perusahaannya gagal IPO. Sungguh-sungguh apes.
Hampir dua bulan setelah gagal IPO, Ma hilang tak terkira. Berkecipak di permukaan pun tidak. Berbagai spekulasi berseliweran, jangan-jangan ia sudah mampus, seperti yang sudah-sudah.
Selasa, 20 April 2021, di laman Reuters merilis "EXCLUSIVE China's Ant explores ways for Jack Ma to exit." Dengan segala daya, regulator Cina tengah lakukan upaya, agar Ma hengkang dari Ant Group.
Bagai memakan buah simalakama. Ant Group diberi pilihan. Bila keukeuh IPO, maka Ma mesti melakukan divestasi seluruh sahamnya. Itu pun tetap dalam kekangan regulator China. Hak Ant Group cuma bernapas. Selebihnya diatur rezim.
Bagaimana cara? Bila Ma hendak divestasi, tak boleh ke dalam entitas bisnis Alibaba Holding Ltd atau Ant Group. Dalam kekangan, divestasi yang kelak dilakukan Ma, harus ditransfer kepada emiten yang berafiliasi ke negara. Dan itupun rezim yang mengaturnya. Lantas?
Selaku pendiri Ant Group, lelaki bertubuh ceper dengan kekayaan US$ 48,5 miliar itu, dipaksa hengkang dari perusahaan yang didirikannya. Mau tak mau harus. Tidak boleh tidak. Ini perintah.
Ma sendiri memang cuma memiliki 10% saham di Ant. Namun perusahaan yang menjadi vehicle investasinya seperti Hangzhou Yunbo, memegang 50,5% atas saham Ant.
Dengan tuntutan divestasi yang dipreteli sedemikian rupa oleh regulator rezim, maka dalam hitungan beberapa bulan ke depan, bukan cuma tak ada lagi bekas tapak, bau Jack Ma pun tak lagi tercium di teras Ant Group atau dulunya Alipay.
Begitulah jenis kelamin ekonomi komunis. Negara mengatur tetek bengek bisnis hingga ke urusan kroco-kroco. Akan beda halnya dengan neolib, modal swasta lah yang bekerja mengendalikan pasar. Negara cuma tengok kanan kiri bagai burung beo.
Perkara disaat Trump, AS selaku biangnya neolib proteksionistik, itu juga soal, tidak jelas apa kelamin? Di Indonesia, entah neolib, sosialis atau Islami, semuanya boleh bercampur bagi pecal dalam system perekonomian. Kalau begitu, Indonesia ini apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H