Kalau sudah di kampung, saya lebih suka mendengar para tetua adat bicara. Mereka punya akar genial yang kuat tentang pengetahuan. Apapun.
Sejauh ini, saya mempercayai, suatu nilai, akan memiliki akar yang kuat, bila punya orisinalitas Termasuk politik.
Tak bosa-bosan berusaha menyalami, padanan terma-terma politik, yang melampaui dari sekedar politik praktis. Punya cita rasa sendiri
Nilai-nilai baru, akan menjadi kuat, kalau memiliki relasi atau pertemalian dengan local content. Agamapun begitu--dari aspek sosial dan muamalah.
Secara saintifik, suatu politik itu, mesti mencari akar orisinalitasnya. Pijakan sosial kulturalnya. Agar politik dapat diterima sebagai suatu nilai oleh masyarakat. BUKAN TRANSAKSI
***
Dalam suatu kesempatan, juru bicara masyarakat adat Baranusa, bapak B.K. Hobol menerangkan tentang politik dalam pendekatan leksikon Baranusa. Beliau katakan, politik adalah "Pilando."
Secara verbatim, Pilando artinya, mengembalikan sesuatu pada tempatnyan. Sesuatu yang sudah ada, diletakkan kembali pada tempat semestinya. Demikian arti Pilando, sebagaimana dijelaskan bapak B.K Hobol.
Dengan demikian, Pilando adalah suatu konsensus nilai adat, untuk meleyakkan semua urusan pada akar nilai dan otoritasnya. Dalam Pilando, tata sosial masyarakat adat berjalan secara ajek.
Dalam semiotika strukturalisme Seassure, semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi sosial tertentu. Pilando (bhs adat Baranusa), adalah pertanda (signified) mencakup makna, konsep dan nilai-nilai.
Dalam pendekatan semiotika strukturalisme Seassure tersebut, maka Pilando adalah suatu terminologi politik yang melampaui struktur berfikir masyarakat adat (pada era tersebut). Perlu penelitian lebih jauh lagi.