Di balkon barok Old Town Square, komunis lahir di Cekoslowakia. Di tengah lautan manusia, dedengkot komunis, Klement Gottwald tegak berdiri.
Gettwald diapit dua rekannya. Tiba-tiba salju turun menghujam kepalanya. Ia tak bertopi. Clementis rekannya tersentuh. Topi bulu Clementis dipasangkan di kepala Gettwald.
Februari 1948, sejarah penting Ceko berdiri menuding langit. Foto momen Clementis memakaikan topi ke Gettwald, mengisi lembar demi lembar buku sejarah di Cekoslowakia yang komunis.
Empat tahun berjalan, Clementis dituding makar--berkhianat. Ia digantung hidup-hidup. Foto momen-momen ia memindahkan topi bulunya ke Gettwald, dihapus dari sejarah oleh rezim Gettwald.
Sejak itu, Gettwald berdiri sendiri di foto, di balkon barok Old Town Square-Ceko. Yang tersisa adalah topi bulu Clementis di kepalanya. Miland Kundera, menulisnya dalam epos KITAB LUPA DAN GELAK TAWA.
***
Perlawanan terberat politik kita adalah melawan lupa. 16 September 2019, Prabowo diapit puluhan ulama di Hotel Grand Cempaka, Jakarta. Mukanya yang begar, tampak teduh dan jelah.
Momen itu, diabadikan dalam laman-laman media mainstream, pun lini masa. Sebagai momentum penting sejarah politik seorang Prabowo.
Pakta integritas diterimanya dengan sumringah. Sejak itu, Prabowo tak sendiri. Di belakangnya berdedai para ulama. Namanya menyeruak ke ceruk pemilih ideologis muslim.
Di hadapan corong para ulama itu, sang jenderal berpidato menggegar mimbar. "Saya sendiri yang akan menjemput pulang Habib Rizieq Sihab." Sorak bergemuruh menyambut pidatonya.
Efek elektoral dipanen. Ia berhasil masuk ke kantung-kantung pemilih muslim ideologis.