Beberapa saat lalu (14/12/2020), akun IG Humas BUMN posting, "bisnis vaksin Covid-19, akan makin menyehatkan holding BUMN farmasi." Baru juga mau dikomen, kamu itu BUMN atau kartel? Tiba-tiba postingan itu dihapus. Kenapa dihapus? ada masalah dengan postingan itu?
Jangan-jangan Humas BUMN itu tak enak hati, mengumbar hasrat bisnis BUMN secara vulgar di lini masa. Amit-amit jabang bayi, kalau sampai di atas gelimpangan ribuan nyawa, BUMN malah berburu rente. BUMN perlu luruskan ini semua. Saya sih berbarharap BUMN tidak begitu.
Kita tahu, nawaitu holding BUMN itu bagus. Karenanya DPR dorong betul road map BUMN 2020-2024. Dalam rangka restrukturisasi BUMN. Mengkonsolidasi aset BUMN. Agar profiling business BUMN makin seksi. Tapi "ga begitu-begitu juga keles" dalam urusan nyawa rakyat di tengah pandemi.
Jangan-jangan istilah vaksin mandiri itu, eufemisme di balik perdagangan vaksin? Meski dari luar tampak begitu bagus. Malaysia saja sudah mikir, beri vaksin gratis tanpa perlu mengeruk untung/berbisnis. Begitu juga Philipina, Jepang, AS dan China.
Kendati kedatangan vaksin itu bagai hujan dimusim kering bagi emiten BUMN farmasi. Dan itu memang terasa, manakala saham-saham emiten farmasi rebound seakan dikasi minyak pelumas. Datangnya 1,2 juta vaksin produksi perusahaan asal China Sinovac, ibarat berkah bagi emiten farmasi.
Dalam postingan Humas BUMN di IG itu, disebut; penguasaan pasar holding BUMN akan makin memperkuat BUMN farmasi, dengan adanya "bisnis vaksin dalam penanganan Covid-19."
Lalu kita bertanya-tanya, apakah vaksin itu dalam rangka menolong rakyat atau business as usual? Dalam rangka menyokong kartelisasi BUMN dalam ihwal pengadaan vaksin Covid-19? Negara merestui itu tanpa tedeng aling-aling?
Apa karena demi saham emiten farmasi yang hijau royo-royo, vaksin itu terburu-buru diijon sebelum tuntas uji klinis? Apakah rakyat (korban Covid-19) adalah; cuma alat legitimasi ekspansi bisnis korporasi negara? Demi ambisi holding BUMN farmasi?
Teringat lah saya kala awal Corona. Kita kesulitan masker dan hand sanitizer. Ada salah satu artikel yang ditulis dengan sangat bagus.
Kira-kira isinya begini, BUMN kesehatan kita selama ini condong dan asik bergelut di sektor pasar modal . Lupa membangun infrastructure industri berbasis produksi dan hilirisasi. Tiap tahun 90% bahan baku farmasi kita bergantung pada impor. Lebih banyak impor dari China.
Terlepas dari postingan Humas BUMN di IG itu, yang saya tahu, hak untuk mendapatkan kehidupan dan kesehatan, itu hak konstitusi rakyat. Negara wajib memberi. Bila perlu secara gratis. Itu bunyi UUD 1945. Sampai disini paham?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H