Waktu adalah suatu kenyataan yang irreversible. Terus bergerak dan tak pernah mundur ke belakang. Seiring perjalanan waktu itu, tanpa terasa secara alamiah telah mengantarkan Saudaraku Yandri Susanto ke penghujung waktu, dalam masa jabatannya sebagai ketua umum Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN).
Detik-menit melepaskan BM PAN diakhir masa jabatan, sungguh suatu kenyataan yang melibatkan seluruh emosi. Setidak-tidaknya penghujung waktu ini menarik Yandri kembali pada masa lalunya di BM PAN. Melewati masa-masa sulit, bergelut dengan keadaan. Berdialektika dalam kenyataan-kenyataan politik yang diametral. Memoar perjuangan itu setidaknya kita dengar dari Yandri sendiri, atau dari orang-orang dekatnya, bahwa Yandri saat ini, adalah bentukan masa lalunya yang penuh perjuangan dan kerja keras dari nol.
Lantas masa-masa perjuangan di BM PAN itu mengaduk-aduk seluruh emosi, ketika saudaraku Yandri dituntun hukum-hukum waktu ke penghujung masa baktinya di BM PAN. Jika bisa meraba suasana kebatinannya, tentu di pidato terakhir saudaraku Yandri sebagai ketua umum BM PAN, tak lagi meledak-ledak dan agitatif seperti sebelumnya, tapi sebuah episode akhir jabatan, atau endingdari eposnya yang akan dilepas dengan hati yang sembab dengan bumbungan emosi dan letupan kegundahan.
Setidaknya, setetes dua tetes air mata, akan memberikan tanda rasa cintanya yang begitu besar pada BM PAN setelah sekian lama bergumul di dalamnya. Seluruh atmosfer kebatinannya akan kembali ke masa lalunya di BM PAN. Berat tentunya, tapi hukum-hukum waktu dan keniscayaan kaderisasi membuatnya harus melepaskan BM PAN dengan penuh harapan kejayaan pada masa-masa setelahnya.
Selama lima tahun menjabat sebagai ketua umum BM PAN dan sejak didapuk memikul amanah ini di Kongres IV BM PAN di Yogyakarta, banyak peristiwa dan dinamika yang dilaluinya, baik internal atau eksternal organisasi. Kondisi sosial politik sebagai bagian bassic demand kebangunan organisasi, telah mengasahan ketahanmalangan Yandri, dalam mengelola dan membangun organisasi bersama seluruh jajaran DPP BM PAN.
Dengan kekuatan leadership dan manajerial, arus dinamika itu mampu dikelola dan berdialektika secara konstan menjadi vitalitas organisasi. Tentu segenap peluh dalam membangun BM PAN itu, tumbuh dari proses ideologisasi yang sudah disemainya sejak berkarir dari bawah di organisasi BM PAN. Jadi bila kini Yandri menjadi bagian kekuatan elementer BM PAN dan PAN, maka hal tersebut bukanlah suatu capaian yang instan, tapi melewati etape-etape sulit perjuangan dengan keringat yang ndress.
Saudaraku Yandri Susanto memulai karir politiknya di PAN dengan menjadi aktivis BM PAN. Di mulai dari pengurus ranting dan kemudian menjadi Sekretaris Jenderal BM PAN periode tahun 2012-2016. Saudaraku Yandri juga aktif di organisasi kepemudaan lainnya yaitu Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan menjadi Ketua Dewan Pimpinan Pusat periode tahun 2008-2011.
Di Jajaran DPP PAN, Ia dipercaya Ketua Umum DPP PAN saat itu Hatta Rajasa, menjadi Wakil Sekretaris Jenderal DPP PAN periode tahun 2010-2015. Dan setelah pergantian Ketua Umum PAN yang baru, ayah dari tiga orang anak ini diamanahkan menduduki posisi sebagai Ketua Badan POK DPP PAN. Sebagai ketua POK, Yandri menjadi elan vital dalam meng-engine organisasi.
Memikul amanah sebagai ketua umum BM PAN dan Ketua Badan POK DPP PAN, adalah dua amanah yang tentu berat, tapi sebagai kader yang didoktrin dengan credo “pantang menolak tugas” dua amanah besar itu dijalankannya dengan baik. Tentu di-support oleh tim work yang kuat dengan kerja yang genuine.
Kliping dengan judul “Lima Tahun BM PAN Dalam Sorotan Media,” adalah sebuah narasi yang memberikan kesaksian, bahwa BM PAN di bawah nahkoda Saudaraku Yandri Susanto, telah menepi pada asa yang dicita-citakan. Sekian periode PAN, BM PAN terdepak dalam kubangan dilema; sebagai anak yang tak diinginkan.
Berada dalam penolakan-ponalakan itu, mengasah daya jelajah dan kemampuan BM PAN bertahan dalam kondisi kritis. Syahdan, pasca Kongres IV di Bali BM PAN sebagai motor penggerak yang ikut memberikan kontribusi bagi kemenangan saudaraku Zulkifli Hasan sebagai ketua umum PAN. Inilah titik pijakan BM PAN mendistribusikan kader-kader terbaiknya di jajaran DPP PAN dalam konteks kaderisasi kepemimpinan politik.