Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ideologi Jurnalisme Ecek-ecek Mata Najwa

20 November 2015   11:52 Diperbarui: 23 November 2015   08:01 101388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matanya tajam, pertanyaannya menusuk dan menukik fakta-fakta yang tersembunyi. Najwa Sihab seperti coboy berita. Gerakannya cepat mematikan argumen. Ia pun cekat mengumpul dan mengulik dengan ketajaman retorika tentang berbagai kasus korupsi dan skandal serupa yang menyeret orang-orang besar di negeri ini.

Tapi segarah matanya buram bin pudar, tak lagi setajam elang betina dari gurun. Kedua bahu seksinya tak lagi terangkat mendekati kuping; seakan punya nyali besar. Kepala dan pandangangannya tak lagi menukik menyorot nara sumber. Najwa Sihab tak berdaya, bila berhadapan dengan kasus-kasus yang menyeret majikannya SURYA PALOH [SP].

Bos besar, pendiri partai Nasdem, partai yang baru kemarin sore berbusa-busa mengutuk korupsi dan suap, lalu elitnya mengeram di bui akibat menerima suap. Menulis kata-kata ini, rasa-rasanya pengen muntah. Dimana Mata Najwa dengan semua momok ini? Di mana mata Najwa Sihab yang tajam menerkam itu? Dimana?

Acara Mata Najwa yang dinahkodai Najwa Sihab di Metro TV, selalu menggunakan standard ganda dalam memberikan transparansi suatu berita, kasus dan berbagai skandal pada publik. Skandal-skandal yang diduga menyeret SP, satu pun tak pernah dikupas Mata Najwa ke publik.

Bukankah dengan prinsip moralitas jurnalisme yang universal itu, Mata Najwa harus melakukan transpransi pada publik terkait segala soal dan skandal? Mari kita lihat, kasus apa saja yang luput dari Mata Najwa.

Dugaan kolusi dalam impor minyak Angola yang melibatkan PT Surya Energi Raya, perusahaan minyak milik bos Metro TV itu. Grup Sonangol adalah kongsi lama Surya Paloh. Tahun 2009, Surya Energi mendapat pinjaman modal dari China Sonangol International Holding Ltd. Anak usaha Sonangol EP tersebut menyuntikkan dana 200 juta dollar AS ke Surya Energi untuk menggarap Blok Cepu.

Surya Energi adalah pemilik 75 persen saham PT Asri Darma Sejahtera. Sementara 25 persen saham perusahaan ini  dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa  Timur. Asri Darma inilah yang mendekap 4,5 persen saham blok minyak jumbo di Cepu [Baca KOMPAS : Surya Paloh dan Impor Minyak Angola].

Surya Palo juga diduga dan disebut-sebut terlibat dalam kasus penjualan dan pembelian aset PT Tahta Medan oleh PT Tri Manunggal Mandiri Persada (PT TMMP) yang merupakan perusahaan afiliasi dengan Media Group. Surya Paloh pernah dipanggil terkait adanya informasi MetroTV (PT Media Televisi Indonesia) menerima kredit PT CGN senilai Rp.160 miliar [Baca : Berita Satu : Jaksa Agung Diragukan Berani Tuntaskan Kasus Kredit Macet PT CGN].

Yang terbaru, adalah elit Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, akhirnya terseret ke bui karena menerima suap dalam kasus Bansos Gubernur non aktif Sumut Gatot Pujo Nugroho. SP diduga, terlibat dalam skandal ini. Namun hingga kini, penulusuran kasus terkaitnya masih mangkrak. Kita tunggu hasil akhirnya seperti apa? Semoga Jaksa Agung yang berasal dari Nasdem itu, bisa bertindak benar pada kasus-kasus yang menyeret majikannya.

Dari sederet kasus yang menarik-narik SP itu, apakah Mata Najwa tak ingin mengupasnya ke publik. Sesungguhnya, ketika peristiwa ini lagi panas-panasnya, publik begitu penasaran, dan ingin mendapatkan kupasan kritis dari acara Metro TV itu. Lagi-lagi, tentang SP ini, kita ingin mendengarkan narasi yang elok nan kritis dari Najwa Sihab dalam prolog acara yang digawanginya itu. Tapi lagi-lagi, bila boleh kita menghela kira-kira, dengan luputnya teropong Najwa dari kasus-kasus SP, maka Najwa bukanlah jurnalis pejuang, mungkin dia cumalah jurnalis pencari kerja?

Moralitas jurnalisme, adalah moralitas universal. Karena kritisisme yang dibangun dari idealisme pers, bertolak dari nilai-nilai kebenaran dan keadilan universal. Keberpihakan pada nilai. Bukan pada bos. Bukan pada media sebagai bisnis an sich. Kritis dan objektif, dalam idealisme pers, tidak didemarkasi oleh kepentingan orang per orang, apalagi tunduk, patuh dan sembah sujud pada kenyamanan an sich. []

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun