Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Golkar, KIH 'kah Golkar?

2 November 2015   09:58 Diperbarui: 2 November 2015   10:25 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Golkar seperti iklan teh botol Sostro "Apapun makanannya, minumannya teh botol Sostro". Demikianpun Golkar; "Siapapun Presiennya, Golkarlah yang tetap berkuasa". Koalisi Merah Putih [KMP] perlahan-lahan luruh. Dulunya, dua partai [PAN dan Golkar] memberi arti sebuah nama; yaitu KMP. Namun cahaya matahari [PAN] yang menjauh, membuat beringin [Golkar] perlahan-lahan tumbang jua dari asalnya; KMP.

Kepergian Golkar, melunturkan digdaya KMP. Redupnya Matahari yang dulunya senantiasa memberikan energi, dan beringin yang senantiasa memberikan keteduhan, seakan membuat kehidupan politik di kubu KMP tercerabut. KMP tinggal nama. Sayonara KMP. Lalu Demokrat? Masi mau menjadi penyimbang? Apa yang mau diseimbangkan?  

Namun Golkar tetaplah kakak tertua. Lincah bermain politik. Lihai mengotak-atik kekuasaan. Bukan Golkar namanya jika tak begitu. Kehadiran JK di Silatnas Golkar-Jakarta, adalah sebuah isyarat kuat, mantan ketum Golkar itu mendapatkan trombosit politik. Transfusi politik yang didapatkan JK dari konflik dan dualisme Golkar yang kini bersatu mendukung pemerintah, adalah kekuatan tambahan JK untuk mengepakkan kuasa di pemerintahan. Kini JK punya dua tangan di pemerintah, tangan Golkar dan Nasdem. Dua tangan ini, bisa melakukan apa saja. 

Pengalaman dan kemampuan JK menyandera kabinet SBY I, hanya dengan mesin Golkar. Di parlemen Golkar mengatur ritme dan nada politik, di pemerintahan JK bermanuver. Golkar di Kabinet SBY I benar-benar menyandera pemerintahan. Dalam berbagai keputusan penting era pemerintahan SBY I, Golkar acapkali balik badan melawan, namun dari dalam pemerintahan, tetap eksis ditopang sang maestro politik; JK. Politisi dua zaman, yang tak lekang oleh waktu dan usia.

Migrasi politik Golkar dari KMP ke Koalisi Indonesia Hebat [KIH], adalah dinamika politik yang muda diterka. Di KIH, Golkar bertemu dua mantan sejawatnya; Nasdem dan Hanura. Tiga sejawat yang pecah kongsi, lalu terpental membentuk partai masing-masing. Saat ini Nasdem dan Hanura merasa sebagai housefather di KIH dan pemerintahan. Namun hadirnya kakak tertua [Golkar], membikin dua partai belahan Golkar itu ketar-ketir. Baru saja mengecap manisya kekuasaan, kini harus menelan kepahitan. 

Sebagai kaka tertua, Golkar selalu memiliki Jatah lebih. Hadirnya Golkar di KIH berbuah konsekuensi. Jatah kabinet bakal dibelah--belah. Makin banyak irisan, makin berkurang jatah kursi kabinet. Belum lagi PAN yang lebih dulu bergabung dengan pemerintah; pasti ikut mendulang Jatah kabinet. Kedua partai ini [Hanura dan Nasdem] mulai menghela kira-kira, siapa kadernya yang terdepak dari kabinet pada reshuffle kabinet jilid II.

Bagi kader PDIP yang dulunya ber-darah-darah memperjuangkan Jokowi, bakal jadi penonton di rumah sendiri. Menyaksikan, irisan kue kekuasaan dibagi-bagikan kepada para pendatang baru di rumah besar KIH. Tentu ini peristiwa batin yang perih. Seperti goresan luka ditetesi cuka. Sakitnya hingga ke ubun-ubun. 

Dengan mesin KMP Golkar menguasai alat kelengkapan DPR, dan dengan mesin KIH Golkar menguasai pemerintahan. Wapres di tangan Golkar, tinggal posisi menteri strategis yang menjadi targetnya. Di parlemen, Golkar punya kekuatan penting; dari ketua DPR RI, Ketua Badan Anggaran dan Ketua Komisi XI DPR RI. Cukup dengan tiga posisi strategis ini saja, Golkar mampu mengatur nafas dan aliran darah pemerintahan.

Dari sisi politik anggaran, Golkar kelak menjadi raja dari segala raja. Berkuasa penuh. Dan mengatur ritme pemerintahan. Jokowi dan kabinetnya kelak hanya menjadi simbol-simbol negara secara formalistik. Bukan tidak mungkin bila pemerintahan ini "goncang", Golkar dengan seluruh tenaganya bisa berkuasa penuh. 

Golkar yang ribut selama ini, hanyalah cara membelah konsentrasi publik. Dengan gaya politik sentripetal, Golkar membelah fokus publik, lalu menyatu ke titik kekuasaan. Emosi masa lalu yang sama, melebur jadi satu, bersamaan dengan keinginan untuk berkuasa. Ketika PAN lebih dulu mendukung pemerintah dengan catatan transfer of responsibility menuju koalisi nasional menghadapi ancaman disintegrasi, maka kini kita bertanya, apa alasan Golkar balik arah keluar dari KMP dan mendukung pemerintahan Jokowi-JK?

*) Sumber Foto: CNN Indonesia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun