[caption id="attachment_297089" align="alignnone" width="414" caption="Prabowo-Risma (PRISMA) vs Jokowi-Puan (JOP) Sumber foto : Munir.doc"][/caption] Jika benar Risma mundur dari jabatannya sebagai Walikota Surabaya, maka peristiwa ini akan meramaikan bursa pencapresan 2014. Apalagi Risma mundur di tengah mendidihnya polemik internal PDIP terkait kontroversi penempatan Wakil Walikota Surabaya yang juga berasal dari partai besutan Megawati itu.
Curhat dan melempar isu kemunduruan diri Risma, tak saja mengharukan masyarakat pencintanya, tapi juga menghela Risma masuk ke dalam bursa Pilpres 2014. Entah Risma sadar atau tidak, ia kini digadang-gadang sebagai salah satu capres atau cawapres potensial.
Gejala meng-endorse keuntungan politik menjelang pemilu 2014 pun aromanya mulai terasa. Satu per satu partai-partai besar mulai bersimbiosis dengan Risma. Golkar misalnya, tak malu-malumenengadakan tangan ingin mengadvokasi Risma melalui undangan Prio Budisantoso. Tak heran bila partai-partai lain pun diam-diam merangsak masuk dalam urusan Risma.
Riak partai-partai besar yang ingin menggaet Risma mulai nampak di permukaan. Terutama partai Gerindra yang semakin transparan dan fulgar menunjukkan gelagat itu. Apalagi sikap Gerindra itu punya sebab-musabab secara historical dengan PDIP.
Prabowo yang konon geram dengan sikap PDIP yang mengkhianati konsensus lima tahun lalu (2009), tentu keukeh menggaet Risma. Motivasinya jelas, yakni menjadikan Risma sebagai cawapres Prabowo (Prabowo-Risma/PRISMA).
Paket PRISMA ini dihitung mampu mengobrak-abrik elektabilitas Jokowi dan PDIP. Untuk menghadang Jokowi, memang mesti mencari figur sepopulernya. Hampir semua partai mencari formula itu. Dan untuk saat ini, Risma lah formula yang mujarab diperhadapkan dengan Jokowi.
Jika menakar konteks politik saat ini terkaitbursa calon presiden dan wakil presiden 2014, maka posisi Jokowi sedang di atas angin. Meski akhir-akhir ini, ia diserang habis-habisan oleh industri berita dan opini.Tapi popularitasnya masih saja terjaga. Hampir semua partai-partai besar sulit menemukan rumus untuk meluruhkan akseptabilitas Jokowi di tengah-tangah masyarakat. Jokowi sudah kadung mengendap dalam imajinasi masyarakat.
Di tengah-tengah galau politik akut itu, pasca penampilan Risma di Mata Najwa (Metro tv), semua partai bangun dan terjaga. Kiprah Risma yang jauh lebih populis dengan prestasi yang seukur dengan Jokowi, diendus sebagai magnet dahsyat untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia.
Hujan simpatik yang meluas pada Risma, dianggap kekuatan alam untuk menghadang Jokowi. Bila Jokowi dengan prestasi dan pembawaan sikapnya mampu memperdayai subyektifitas masyarakat Indonesia, maka hal tersebut pun sama persis seperti Risma. Sementara ini,sosok Risma begitu kuat menghela subyektifitas masyarakat untuk mendudukannya sebagai perempuan cekat dan pemimpin masa depan.
Sebagai capres berpengalaman, Prabowo memahami betul kehadiran Risma sebagai kekuatan yang tepat untuk melelehkan Jokowi di Pipres 2014. Tepatnya PRISMA (Prabowo-Risma) adalah paket calon presiden dan wakil presiden yang diharapkan kelak.
Beberapa menit lalu saya membaca analisis seorang pengamat politik muda. Ia katakan “Prabowo lah yang paling rasionable menggaet Risma”. Sebenarnya alasan rasionalitas Prabowo-Risma (PRISMA) tak cukup kuat dan mendasar, bila hitungannya karena elektabilitas Prabowo membayangi Jokowi.
Hemat saya, soal penting saat ini adalah belum ada rumus yang bisa menyederhanakan seberapa bisa Prabowo berpasangan dengan Risma? Toh partai besar seperti Golkar, Demokrat dan PAN pun memiliki peluang yang sama untuk menggaet Risma. Mungkin ini juga yang sedang Prabowo fikirkan? Prabowo-Risma (Prisma) mungkinkah? Wallahualam. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H