Modal sosial dan tantangan bagi Salatiga dapat diambil dari contoh sederhana yaitu kondisi jalan raya. Banyak orang di wilayah peripheral Salatiga membandingkan dan memuji kualitas jalan yang sudah hotmix di wilayah Salatiga dengan daerah lain yaitu Kabupaten Semarang. Modal sosial dari kondisi jalan adalah memudahkan dan/atau semakin melancarkan lalulintas barang dan orang antara Salatiga dengan wilayah sekitar. Tantangannya adalah bagaimana menjadi kualitas jalan tersebut dengan ekspektasi masyarakat pengguna jalan.
Jalan adalah salah satu contoh dari modal social dan tantangan bagi Salatiga yang mengalami perluasan makna kewilayahan, yaitu yang tidak terbatas pada wilayah administrasi kota Salatiga melainkan pelibatan ikatan intrinsic warga yang berkegiatan di wilayah Salatiga. Ikatan intrinsic inilah yang memperluas pemaknaan Salatiga yang tidak terbatas pada wilayah administrasi semata. Ikatan intrinsic selalu melibatkan kebanggaan yang berasal dari relasi personal setiap individu. Namun relasi personal apabila berhasil disinergikan akan melahirkan dampak bagi perbaikan kota Salatiga.
Dalam hal demikian, warga Salatiga secara tidak langsung telah dididik untuk tidak hadir egois dalam mengembangkan kota. Karena kota Salatiga yang telah menjadi ‘ibukota’ sosial dan ekonomi wilayah peripheralnya harus juga memperhatikan dinamika kepentingan para pihak yang terlibat dalam berkegiatan di wilayah kota Salatiga. Akankah Salatiga bisa memanfaatkan modal sosial dan tantangan untuk menjadi kota yang menjadi pusat perhatian dan tidak kehilangan daya tariknya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H