Setelah pengandaian tersebut, mengemuka pertanyaan, apakah dukungan pemegang hak pilih yang mendukung petahana Nurdin Halid tetap solid? Ataukah terjadi konversi dukungan dari pihak yang semula mendukung atau mempertahankan petahana ke figure George Toisutta atau Arifin Panigoro. Situasi apakah yang akan terjadi terkait dengan jawaban atas pertanyaan tersebut? Akankah terjadi deadlock pada kongres nanti karena [1] ada pihak yang terancam posisinya sebagai petahana dan merasa mendapat dukungan mayoritas, sehingga ketika terendus konversi dukungan akan melakukan upaya untuk menunda kongres.
[2] dari pihak penantang dengan latar belakang militernya dapat menggunakan pengaruh yang masih dimiliki untuk menggerakkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh dukungan termasuk melakukan pengerahan massa. Bahkan tidak menutup kemungkinan terjadinya gerakan ‘klandestin’ dari oknum instansi militer untuk memenangkan panglimanya. Gerakan ‘klandestin’ menjadi potensi yang mungkin terjadi dengan alasan serupa yang dikemukakan diatas.
Dalam situasi pengandaian yang demikian maka kongres PSSI di Bali akan gempita, bahkan tambah marak dengan kehadiran ‘pemain kedua belas’ yaitu supporter sepakbola yang menginginkan revolusi PSSI. Supporter sepakbola yang akan menjadi kekuatan riil dalam konggres PSSI tersebut, dan perlu dipertimbangkan oleh PSSI yaitu bagaimana apabila supporter memboikot pertandingan sepakbola disetiap level kompetisi dan beralih mengarahkan dukungannya ke Liga Primer Indonesia? Apakah Liga yang dikelola tidak akan tambah terpuruk karena tidak ada yang menonton, dan pembiayaan ke klub peserta liga dilarang oleh pemerintah?
Selamat menikmati sepakbola politik dan bersiap untuk mengernyitkan dahi, sekaligus tersenyum untuk kejutan yang akan muncul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H