Mohon tunggu...
Yakobus Asa
Yakobus Asa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Calon Imam, Kongregasi SSCC

Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu: menulis, menulis, menulis – Kuntowijoyo. saat ini masih menempuh pendidikan di uiversitas sanata darma, kampus Teologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Beda Agama

17 November 2023   04:38 Diperbarui: 12 Mei 2024   21:38 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Memang ada apa, kok serius sekali,” balasnya

“pertanyaan ini merujuk pada hal sensitif, jadi aku harus menunggu waktu yang tepat, Sin,” jelasku.

“Sin agamanya apa,” langsung to the point.

Seketika ia menunduk. Rupanya ia pernah merenungkan hal ini. Entah mengapa, Sinta tidak langsung menjawab.

“aku muslim, itu mengapa, aku selalu menghindari kamu menggunakan jilbab. Aku tahu identitasmu. Dan aku tidak mau kalau hubungan kita berpisah hanya karena cinta beda agama. Sampai saat ini, aku sudah mengungkapkan kepada orang tuaku, kalau kamu Katolik. Seketika itu mereka langsung menolak. Mereka menganjurkan aku segerah memutuskan cinta kita. Tapi aku tak mampu melakukan semuanya. Aku terlanjur mencintaimu.” Jelasnya.

Aku hanya mendengar sambal meresapi setiap perkataannya. Bagiku, agama masih jauh dari bayanganku, entah penting atau tidak, aku belum pernah memikirkannya. Yang kupikirkan adalah merajut cinta, demi kesenangan. Ternyata aku sadar, aku salah! Agama adalah hal esensial dalam hidupku, selain hidup.

“Sin…tidak pernah memikirkan tentang hal ini, bahwa agama menjadi penentu cinta kita. Tetapi kini kusadari, batinku tidak mengizinkan aku beda agama. Namun aku tidak bisa menipu diriku, kalau cintaku padamu pasir di laut dan sebanyak bintang di langit. Mengapa semua harus menimpa kita? Mengapa aku harus mengenalmu? Takdir apakah ini?” jelasku dengan nada penyesalan.

Sinta yang tak mampu menahan rasa sedihnya, langsung menjatuhkan air matanya. Sedang aku hanya menunduk memikirkan semua itu.

Meskipun demikian, belum ada keputusan yang kami ambil. Entah putus atau lanjut, semuanya dalam misteri. Menjelang akhir studi kami, sinta memasuki kamar kosku, bahwa dia akan menghadap orang tuanya untuk menjelaskan semuanya. Saku merasa kawatir saat itu. Rasanya ingin kubawa dia bersamaku ke kampung halaman, tetapi itu adalah hal konyol. Aku adalah laki-laki perkasa, mengapa harus kulakukan demikian? Namun bagaimanapun, aku harus mengizinkannya, sebab aku bukan siapa siapanya dia. Aku hanyalah orang pelengkap dalam dirinya yang masih dalam dunia fantasi.

“oke, aku akan menunggu jawabanmu saat kamu pulang? Jawabku.

Setelah sebulan aku menunggunya, tak kunjung pulang. Kini aku menunggu tanpa kepastian. Kuliahku sudah selesai. Orang tuaku selalu menelepon untuk Kembali ke kampung. Sekarang aku dilema. Apa yang harus aku pilih antara dua tegangan ini? Memilih menunggu atau mengikuti perintah orang tua untuk Kembali?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun