Mohon tunggu...
Yahya Prianto
Yahya Prianto Mohon Tunggu... Administrasi - Anak Desa

Pemuda Pembaharu Desa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Optimalisasi Peran Pemuda dalam Pemilu Serentak Tahun 2024

15 Juli 2022   04:38 Diperbarui: 15 Juli 2022   04:49 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan reformasi mendambakan harapan masyarakat tentang kebersamaan di semua bidang. Virus demokrasi sudah mewabah di Indonesia, sehingga semua unsur kehidupan disesuaikan dengan euforia demokrasi. Akan tetapi pelaksanaan demokrasi terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Kondisi seperti ini harus segera dilakuakan analisis sebanya, karena bangsa ini telah kehilangan banyak karakter positif yang menurunkan pamor pemerintah. Untuk menganalisis perlu dilihat dari beberapa sudut persoalan yang menyebabkan perubahan sosial politik bangsa ini.

Hal yang paling mendasar dalam masalah ini adalah objek-objek yang langsung berkecimpung di dalamnya. Mereka-mereka yang mencoreng nama bangsa dengan melakukan korupsi, kolusi, ataupun nepotisme adalah hasil dari Pemilu yang menjadi pilihan kita. Arena politik yang semakin bebas juga telah dibingkai dengan berbagai aturan yang membatasinya. 

Politik uang jelas telah dilarang. Namun partai dan calon yang terlibat di dalam persaingan untuk memperebutkan jabatan politik justru melakukannya.

Provinsi Sulawesi Tengah adalah salah satu wilayah rawan konflik, tak bisa kita sepelehkan, bahwa potensi konflik Pemilu/Pemilihan serentak tahun 2024 nanti bisa terjadi. Ada beberapa penyebab konflik dalam Pemilu/Pemilihan yang sering muncul, yaitu potensi Isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), konflik horizontal, dan politik uang masih menjadi ancaman.

Berkaca pada Pilkada Sulteng pada tahun 2015 silam, yang mana pertarungannya sangat ketat dan memanas. Pilkada tahun 2015 yang berujung dengan sengketa itu, juga mengundang konflik di beberapa wilayah di Sulteng, seperti Tolitoli yang masuk sebagai salah satu kabupaten yang rawan konflik bersama Palu, Poso, Sigi, Banggai, dan Donggala pada tahun 2015 lalu.

Pengalaman pilkada tahun 2015 itu, tidak menutup kemungkinan bisa terjadi pada pemilu/pemilihan serentak tahun 2024. Harapannya, ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk menghadapi tahun 2024 nanti. Mulai saat ini kita harus sudah mampu melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah yang rentan konflik.

Tak hanya tentang politik uang saja yang menjadi perhatian kita, namun segregasi sosial jelang pemilu/pemilihan serentak tahun 2024 nanti juga menjadi perhatian kita bersama. 

Segregasi sosial adalah upaya memisahkan suatu kelompok, suku bangsa, ras atau satu etnik secara paksa hingga menggunakan segala cara bahkan menggunakan kekerasan. 

Segregasi sosial itu juga sangat rentan akan terjadi, karena masyarakat kita sangat mudah terpengaruh, sehingga mudah terprovokasi dengan isu-isu yang sengaja dibangun oleh sekolompok orang yang ingin mencapai kepentingannya.

Dinamika Politik ini seharunya mampu membangun kesadaran masyarakat, sehingga melahirkan dinamika politik yang mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat. 

Jangan sampai malah terbalik, masyarakat ataupun politisi jangan melakukan pendidikan politik yang sama sekali tidak bisa mencerdaskan kehidupan masyarakat, malah melakukan provokasi- provokasi untuk menjatuhkan lawan politik nya. 

Masalah itulah yang membuat masyarakat kita terkotak-kotakan. satu suku, ras dan Agama bahkan dalam satu Keluarga pun menjadi saling bermusuhan karena hanya berbeda pilihan.

Dari perbedaan pilihan yang menimbulkan permusuhan itu lah yang melebar menjadi konflik sosial pada masyarakat sampai menimbulkan korban. Jika sudah menjadi konflik, siapa yang akan dirugikan ? siapa yang bertanggung jawab ?. untuk itu, sebelum semuanya terjadi, kita harus sudah berupaya untuk meminimalisir persoalan tersebut terjadi.

Tentu saja hal ini tidak boleh dibiarkan. Tidak boleh lagi terjadi kecurangan dalam pemilu/pemilhan tahun 2024, supaya pemimpin yang terpilih benar-benar pemimpin yang berkualitas. 

Pada pemilu/pemilihan serentak tahun 2024 anak-anak muda menjadi pemilih yang cukup signifikan. Generasi muda masa kini adalah generasi muda yang mendapat pendidikan lebih baik. Mereka juga mendapat informasi lebih banyak mengenai perkembangan di berbagai masyarakat di luar provinsi sulawesi tengah dan memiliki kesadaran lebih tinggi. 

Mereka mengusung harapan dan semangat perubahan ke arah keterbukaan, persamaan, kemuliaan manusia, kedaulatan rakyat, serta hak-hak manusia.

Untuk itu, mengoptimalkan peran pemuda dalam suksesi Pemilihan serentak tahun 2024 adalah pilihan yang tepat. Seperti kita ketahui bahwa generasi muda adalah generasi penerus yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa. 

Mereka memiliki kesanggupan sebagai character builder, character enabler, dan character engineer. Apabila dikaitkan dengan demokrasi, generasi muda disebut sebagai character builder karena dengan karakternya generasi muda mampu membangun dan memprakarsai berbagai macam bentuk demokrasi dengan modal rasa tanggap dan kritisnya terhadap bangsa Indonesia.

 Selanjutnya, generasi muda juga disebut sebagai character enabler karena pribadi-pribadi itu mampu berperan dalam demokrasi, misalnya mampu menilai baik atau tidaknya kebijakan yang dibuat pemerintah. 

Yang terakhir, generasi muda disebut sebagai character engineer. Generasi muda memiliki karakter yang mampu menjadikan dirinya pemimpin atau yang terdepan mengambil andil besar dalam demokrasi di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa generasi muda berperan penting dalam demokrasi. 

Peran ini hendaknya tidak saja untuk kemenangan satu pihak saja dalam pemilu serentak 2024, tetapi juga untuk memilih pemimpin yang bertanggung jawab dalam mengendalikan roda pemerintahan.

Maka dari itu, untuk menghadapai pemilihan senrentak tahun 2024, generasi muda perlu memiliki kopetensi, kemauan yang tinggi dan kebiasaan. Sehingga mampu memilih pemimpin yang tepat dan menjadi pemilih yang aktif dalam melakukan kontrol atau pengawasan terhadap kecurangan yang terjadi. 

Selain itu juga generasi muda memiliki kempauan berjejaring dalam membangun komunikasi yang baik terhadap masyarakat, sehingganya diharapkan bisa meredam konflik-konflik sosial yang berpotensi terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun