1. Pendahuluan
Permasalahan lingkungan terutama soal pemanasan global dan perubahan iklim menjadi latar belakang munculnya fenomena sick building syndrome, yaitu permasalahan kesehatan dan ketidak nyamanan penghuni atau pengguna bangunan gedung karena kualitas udara dan polusi udara dalam bangunan yang ditempati, mempengaruhi produktivitas yang penghuni. Diantaranya seperti, adanya ventilasi udara yang buruk, kurangnya pencahayaan alami, faktor kelembaban yang tinggi dalam ruangan, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: emisi ozon mesin fotokopi, polusi dari perabot dan panel kayu, asap rokok, pengaturan pencahayaan dan sirkulasi udara yang tidak baik, dan lainnya.
Pada tahun 2015, Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) diluncurkan. EDGE merupakan standar bangunan hijau yang dikembangkan untuk menentukan apakah sebuah bangunan sudah termasuk ramah lingkungan atau belum (IFC, 2019).
Hal ini juga sesuai dengan cita-cita global, diantaranya yang tertuang dalam visi dunia untuk memperbanyak bangunan hijau, termasuk bangunan dengan lingkungan yang sehat. Dimana komitmen Green Building Council Indonesia (GBCI) dalam mewujudkan World GBC's Global Project dalam program Net Zero Healthy adalah upaya pencapaian total sektor pengurangan karbon/decarbonization di tahun 2050 (www.gbcindonesia.org diakses April 2022).
Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang merintis penerapan peraturan bangunan gedung hijau. Pembangunan green building dapat mengurangi jejak karbon atau emisi gas rumah kaca dari sektor bangunan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi konsumsi energi fosil dan memanfaatkan energi terbaru. Wisma BCA Bukit Semarang Baru adalah salah satu contoh bangunan gedung green building di Semarang yang telah mendapatkan Sertifikat Green Building dari Green Building Council Indonesia (GBCI).
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung mencari sebuah makna dari data yang didapatkan dari hasil sebuah penelitian. Jenis pendekatan studi kasus ini merupakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki dan memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam informasi. Untuk opini dan kritik tugas ini saya fokuskan pada konservasi energi dan penghematan evergi terhadap penerapan green building. Lokasi penelitian  berada di Jl CBD BSB block B6 no.5, Kedungpane, Mijen, Semarang City, Central Java 50211, Jawa Tengah.
3. Hasil dan pembahasan
- Konservasi Energi
Penerapan konsep Bangunan Gedung Hijau (Green Building) semakin mendapat perhatian di Indonesia, terutama di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata. Sebagai salah satu gedung perkantoran modern di Semarang, Wisma BCA Bukit Semarang Baru menjadi salah satu contoh yang patut diapresiasi dalam mengadopsi prinsip keberlanjutan dan efisiensi sumber daya. Namun, meskipun langkah ini patut diapresiasi, penerapannya dalam konteks konservasi energi masih memerlukan perhatian lebih agar dapat memberikan dampak yang optimal bagi pengelolaan energi jangka panjang dan penghematan biaya operasional gedung.
Langkah positif untuk konservasi energi