Para ulama telah menjadi bukti, keberkahan dalam menggunakan kesempatan waktu dapat menjadi teladan bagi kita saat ini. Mereka benar-benar menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Mereka selalu memanfaatkan waktu 24 jam sehari untuk beribadah, menuntut ilmu, dan mengajar atau menulis untuk kemanfaatan umat. Dan karena itu hingga kini kita masih dapat menikmati lautan ilmu yang mereka torehkan dalam lembar-lembar tulisan.
Imam Al Ghazali berkata,”Kalau kamu bukan anak raja dan kaum bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.”
Mungkin jika mulai meyadarinya, kita akan mampu membuat sebuah buku dalam satu bulan. Mungkin jika kita mulai menyadarinya kita akan bisa menulis 100 artikel di blog perbulan. Percaya atau tidak percaya itu bisa saja terjadi. Tinggal kita mau kepepet atau tidak.
2. Keluar dari zona aman dan nyaman
Kepepet juga akan membuat kita merasa tidak lagi memiliki tempat atau zona nyaman yang membuat kita selama ini menggantungkan diri jika seandainya kita tidak berhasil mencapai atau mendapat sesuatu. Tempat atau rasa nyaman itulah yang menjelma sebagai alasan.
Jika alasan-alasan itu tetap kita pelihara maka kita akan kehilangan semangat membara untuk terus produktif, termasuk dalam hal menulis. Kita tidak akan terpacu untuk menuangkan ide-ide brilian kita ke bentuk tulisan. Kibor komupter atau laptop kita tak akan berdetak beriringan dengan tarian jari-jemari kita.
Jika zona aman tetap kita jadikan tameng untuk tidak menulis, maka kapan kita akan mulai menulis? Mungkin besok atau besoknya lagi atau besok setelah besoknya lagi, dan seterusnya.
Dan yang lebih berbahaya adalah ketika kita sudah kebanyakan alasan maka bukan tidak mungkin sobat nulis tidak akan nulis lagi selama-lamanya.
Alasan-alasan itu bisa berwujud: “Ah lagi gak mood!” “Lagi gak berselera nulis!” “Lagi ngantuk!” “Lagi males!” Atau “Lagi sibuk banget nih!” “Lagi gak ada inspirasi!” Dan lagi-lagi yang lain.