Pada tanggal 31 Mei - 2 Juni 2024, Pondok Pesantren Al-Ghozali salah satu pondok pesantren yang ada di Yogyakarta mengadakan pelatihan khat/kaligrafi. Pelatihan Khat/kaligrafi ini merupakan salah satu program kegiatan peminatan santri yang ada di pondok pesantren Al-Ghozali. Dalam kurun waktu tiga hari, santri-santri mengikuti pelatihan khat/kaligrafi secara intensif. Kegiatan pelatihan kaligrafi ini merupakan sebuah upaya mengembangkan keterampilan santri di bidang tulis menulis arab. Setiap peserta diberikan kesempatan yang sama untuk belajar dan mengasah keterampilan mereka di bawah bimbingan guru yang berpengalaman dalam seni tulis-tulis kaligrafi. Kaligrafi merupakan sebuah kesenian dalam menulis yang mengandung unsur keindahan yang melibatkan pembuatan huruf-huruf atau kalimat arab dengan menggunakan keterampilan tangan untuk menggoreskan tulisan di media tulisnya.
Dalam pelatihan kaligrafi di pondok pesantren Al-Ghozali, diisi oleh salah satu santri pondok yang sudah ahli di bidang penulisan kaligrafi yaitu Dhiya Seffana Ahya. Ia mengungkapkan bahwa kaligrafi ini bukanlah hanya kesenian belaka, akan tetapi  sebuah bentuk pelatihan diri seseorang bagaimana dalam mengasah keterampilan tangan yang membutuhkan proses yang cukup lama. Mulai dari  bagaimana memegang alatnya, menuliskannya ke medianya, hingga mengenal pola bentuk yang benar satu per huruf hijaiyah.Â
Materi yang diajarkan dalam pelatihan kaligrafi di pondok pesantren Al-Ghozali saat itu adalah kaligrafi dengan pola yang paling sederhana, yaitu naskhi. Menurutnya khat naskhi merupakan khat yang bisa dipakai latihan kaligrafi bagi pemula. Dalam website Wikipedia.org dijelaskan bahwa khat naskhi merupakan khat yang paling populer dikalangan kaligrafer. Dikarenakan model khat naskhi ini, mudah dibaca dan dipraktekkan oleh orang awam yang belum punya keterampilan di bidang kaligrafi.
Melihat Sejarah yang ada, khat naskhi ini dirumuskan pertama kali ditemukan oleh Ibnu Muqlah, kemudian disempurnakan oleh Ibnu Bawwab sehingga gaya penulisan Al-Quran menjadi seperti sekarang. Dalam penulisan khat naskhi, setiap huruf digoreskan dengan posisi alif sedikit miring ke kiri. Biasanya tinggi standar huruf alif adalah lima titik.
Lebih lanjut, Dhiya menceritakan bahwa dirinya awalnya tidak menyukai dan sama sekali tidak tertarik dengan kesenian kaligrafi. Akan tetapi, hal itu akhirnya menghilang dari mindsetnya dan sebaliknya membuat dirinya ingin belajar kaligrafi tersebut. Ternyata, kaligrafi itu tidak hanya bisa dibuat oleh orang yang benar-benar sudah  mempunyai basic keterampilan kaligrafi, akan tetapi dapat dipelajari semua orang walaupun berawal  dari tidak punya skill seni kaligrafi. Dengan demikian, skill kaligrafi itu bisa diasah setiap orang hingga menjadi mahir.
Peralatan tulis yang digunakan peserta dalam mengikuti kaligrafi di pondok pesantren Al-Ghozali adalah Handam. Handam adalah alat tulis atau pena yang dipakai dalam pembuatan kaligrafi. Selain handam, yang tak kalah penting harus disiapkan adalah tinta. Jadi, handam tersebut di celupkan ke tinta dengan secukupnya, lalu di coretkan ke media penulisannya yaitu kertas khusus untuk kaligrafi (kertas ahar/muqohar). Selain menggunakan handam, kaligrafi juga bisa dibuat dengan dua pensil yang disatukan.
Menurut  Dhiya, dalam melatih kaligrafi ke peserta juga mempunyai kesulitan tersendiri ketika ada peserta yang belum terbiasa dalam memegang alat kaligrafi . Hal penting itulah yang harus dibiasakan oleh sesorang ketika belajar kaligrafi. Dengan membiasakan memegang alat handam, proses belajar membuat kaligrafi akan lebih mudah. Dikarenakan segala keterampilan itu berawal dari kebiasaan, dari kebiasaan lah akan muncul keterampilan dengan sendirinya.
Bagi pemula yang ingin belajar seni kaligrafi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencontoh atau meniru dari buku panduan pembuatan kaligrafi. Ia dalam memberikan pelatihan kaligrafi juga menggunakan buku panduan yang didalamnya menjelaskan segi bentuk dan pola per huruf sampai dengan sebuah kalimat. Kemudian, setelah meniru dari buku panduan, sebisa mungkin dilakukan pengulangan untuk menghasilkan tulisan kaligrafi yang hampir mirip dengan di buku panduan. Ketika pembiasaan tersebut dilakukan, nanti akan membuat Anda lebih mudah memodifikasi dan memberikan hasil karya dengan warna tersendiri atau ciri khas sendiri kaligrafi yang Anda buat.Â
Dengan demikian, belajar kaligrafi bagi pemula itu harus menguasi beberapa teknik dasar terlebih dahulu seperti cara memegang handam, mencelupkan handam ke tinta dengan kadar yang secukupnya, serta mengatur tekanan handam ketika menggoreskan ke kertas. Dari teknik dasar ini diharapkan peserta dapat memahami dan menuliskan kaligrafi dengan kaidah yang benar dan menghasilkan karya yang indah.Â
Setelah memahami dan memegang teknik dasar dalam pembuatan kaligrafi nanti akan memberikan sebuah kreativitas bagi peserta. Kreativitas itu seperti memberikan hiasan-hiasan atau ornamen-oranamen lainnya untuk menghiasi tulisan kaligrafi mereka.
Sebagai penutup dari kegiatan pelatihan intensif ini, peserta diminta untuk membuat satu karya kaligrafi yang telah disepakati. Menurut seorang peserta, menuturkan bahwa awalnya ia kesulitan dalam mencontoh kaligrafi yang ditugaskan pada pelatihan ini. Kemudian, ia mengulang-ulang terus dengan berkali-kali ganti kertas hingga akhirnya menghasilkan kaligrafi yang ditugaskan. Dengan demikian, memang cara yang tepat belajar kaligrafi adalah selalu mengulang-ulang hingga ada hasil yang terbaik.
Pelatihan yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut nampaknya membuahkan hasil yaitu manfaat dirasakan oleh santri yang mengikuti pelatihan ini. Dhiya menjelaskan bahwa peserta yang awalnya belum mengikuti pelatihan kaligrafi dan setelah mengikuti, nampak terdapat perbedaan ketika menulis sebuah kalimat arab. Kemudian, juga terlihat dari cara memulai penulisan yang awalnya kurang tepat menjadi lebih tepat, seperti cara menuliskan huruf itu di mulai dari atas dulu dan lain sebagainya. Semua peserta di hari terakhir pelatihan ini, akhirnya berhasil membuat kaligrafi beserta hiasannya dengan kemampuan yang didapatkan saat pelatihan tersebut.
Belajar kaligrafi tidak hanya memberikan keterampilan dalam menuliskan tulisan-tulisan yang indah secara estetik, akan tetapi juga mempunyai manfaat positif bagi seseorang, antara lain:
1.Meningkatkan konsentrasi dan focus
Dalam proses pembuatan kaligrafi dibutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk menciptakan huruf-huruf dengan bentuk yang benar dan tepat sesuai kaidah kaligrafi. Dengan demikian, sesorang akan terbiasa dengan kefokusan dalam mengerjakan sesuatu hal.
2.Meningkatkan kreativitas
Belajar kaligrafi dapat membantu mengembangkan kreatifitas seseorang terhadap seni tulis-tulis indah. Dengan ilmu kaligrafi yang sduah didapatkan, pastinya akan memenculkan inspirasi untuk menciptakan gaya dan desain yang unik dan inovatif, yang memungkinkan mereka untuk mengekspresikan kreativitas mereka dengan bebas.
3.Memberikan ketenanganÂ
Dari proses pembuatan kaligrafi dengan menggoreskan huruf-huruf dengan gerakan secara lambat dan membutuhkan kesabaran dapat menciptakan rasa ketenangan hingga mengurangi beban pikiran.
4.Turut melastarikan keseniaan keislaman
Dengan mempelajari dan mempraktikkan seni kaligrafi, seseorang turut berkontribusi dalam melestarikan keindahan dan kearifan yang telah diwariskan oleh para kaligrafer terdahulu.
5.Mengembangkan keahlianÂ
Bagi Sebagian orang, kaligrafi merupakan jalur untuk mengembangkan karir dalam bidang seni. Keahlian dalam seni kaligrafi bisa membuka peluang untuk bekerja sebagai kaligrafer professional hingga menjadi pengajar kaligrafi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H