Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Fenomena Kehidupan Berjudi di Balik Maraknya Investasi Bodong!

20 Januari 2020   09:44 Diperbarui: 20 Januari 2020   10:44 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun yang lalu, ada seorang teman meminta kesediaan saya untuk menjadi investor di sebuah koperasi simpan pinjam, suku bunganya 5 (lima) persen per bulan dengan lama mengendap dana selama 3 (tiga) tahun, dan 10 (sepuluh) persen per bulan bila lama mengendap dana selama 5(lima) tahun.  Teman tersebut sangat semangat memasarkan paket investasi tersebut. 

Kepada teman tersebut saya sampaikan permohonan maaf, saya tidak mau investasi,  karena tidak realistis (tidak masuk akal) imbal hasil investasi yang ditawarkan. Dengan suku bunga 10 (sepuluh) persen per bulan, artinya sekitar 120 persen imbal hasil per tahun, nah, dalam dunia nyata sangat jarang jenis usaha yang mampu menghasilkan imbal hasil yang sangat tinggi seperti itu.

Inilah yang dimaksud dengan investasi bodong, salah satu kriterianya adalah sangat tinggi imbal hasil investasi yang ditawarkan.  Sekitar enam bulan kemudian, teman saya itu menyampaikan bahwa pengurus koperasi tersebut telah kabur.

Minimal tiga alasan, mengapa makin marak tumbuh investasi bodong?

Pertama, investasi bodong menawarkan imbal hasil investasi yang tinggi. Kedua, tehnik pemasaran investasi bodong memiliki banyak strategi jitu, termasuk pendekatan budaya, dan kepada yang memasarkan, disamping sebagai investor, juga mendapatkan hasil yang menggiurkan, berupa hadiah barang dan uang.  Ketiga, fenomena kehidupan judi masyarakat yang seakan-akan menjadi budaya bagi segelitir orang, dan menjadi panutan bagi orang lain.

Dalam tulisan singkat ini tidak membahas alasan Pertama dan alasan Kedua, tetapi lebih fokus pada alasan Ketiga.

Apa bedanya antara kehidupan berjudi dan kehidupan tak terjudi?  Bedanya ialah terletak pada cara pengambilan keputusan, dan bukan pada hasilnya.  Sebagai contoh, ada dua pilihan dan kepada anda diberi kesempatan untuk memilih.

Pilihan pertama, anda akan memperoleh undian dengan nilai 100 juta rupiah, tetapi kemungkinan mendapatkan hanya satu persen, artinya 99 persen kemungkinan tidak diperoleh. Pilihan kedua, anda akan memperoleh undian dengan nilai 5(lima) juta rupiah dengan kemungkinan 100 persen, atau dipastikan anda akan memperoleh undian dengan nilai 5  (lima) juta rupiah.

Bila anda memilih Pilihan Pertama, maka anda berjudi, dan sebaliknya bila Pilihan kedua (tak berjudi, ingin memperoleh hasil yang pasti).

Mengapa banyak investor yang terjerat terhadap pilihan yang belum pasti hasilnya? Untuk menjawab pertanyaan ini, sangat tergantung kepada kehidupan ekonomi rakyat. 

Teman saya, Jurgen, saya tanya kepada beliau, kalau saya tawarkan kepada rakyat Jerman pola investasi bodong seperti di Indonesia, apakah mereka mau? Jurgen menjawab spontan, pasti mereka tidak mau. Saya tanya kenapa? Jurgen menjelaskan, rakyat Jerman telah memiliki penghasilan tetap dengan alokasi penghasilan yang terstruktur dan terprogram, termasuk untuk konsumsi, dan tabungan, serta tabungan hari tua, dan berbagai pembiayaan hari tua, mereka tidak mau pada hal-hal yang belum pasti, khususnya pada investasi. 

Rakyat Jerman hanya percaya untuk mengelola investasi pada lembaga yang kredibel untuk mengelola investasi mereka, baik asuransi maupun jaminan hari tua.  Di Jerman, ditegaskan Jurgen, tidak sembarang pihak manapun menawarkan investasi kepada rakyat, biasanya hanya melalui bank yang diberi izin oleh negara.

Apa inti dari diskusi singkat dengan Jurgen, yaitu, perlu edukasi rakyat untuk menggunakan lembaga yang kredibel dalam mengelola berbagai investasi, dan juga berbagai asuransi, termasuk tabungan hari tua. Negara harus hadir untuk sosialisasi hal tersebut sedini mungkin, merupakan salah satu solusi konkrit agar ke depan tidak terulang lagi rakyat akan terjerat perangkap investasi bodong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun