Mohon tunggu...
Yahman Faoji
Yahman Faoji Mohon Tunggu... -

Mencoba untuk selalu belajar dan menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahan Kemasan Makanan: Amankah?

26 Juni 2012   05:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 2596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tidak dapat dielakkan lagi bahwa dalam kehidupan sehari-hari bahan kemasan makanan mempunyai peran vital. Hampir semua makanan menggunakan bahan kemasan ini. Ada beberapa bahan kemasan yang populer digunakan sekarang ini, yaitu plastik, kertas, kaleng, gelas, dan aluminium foil. Di antara bahan-bahan kemasan tersebut, plastik merupakan bahan kemasan yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena plastik memang kemasan yang praktis dan artistik.

Bahan kemasan tidak sepenuhnya aman. Dalam ilmu kemasan dikenal istilah migrasi kemasan. Migrasi kemasan merupakan suatu fenomena perpindahan zat-zat yang ada dalam kemasan ke dalam bahan yang dikemas (terutama makanan dan minuman). Peristiwa migrasi kemasan pada makanan terkemas menyebabkan makanan terkemas bercampur dengan zat-zat dari bahan kemasan, yang kemudian dapat ikut terkonsumsi.

Kemasan plastik yang paling banyak digunakan sebagai bahan kemasan makanan perlu diwaspadai. Kemasan plastik mengandung berbagai zat di dalamnya, di antaranya bahan pemlastis, bahan pemucat, dan bahan pewarna yang berbahaya apabila ikut terkonsumsi dan bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Peristiwa migrasi kemasan plastik dapat berlangsung lebih cepat dengan adanya kenaikan suhu. Makanan yang mengandung banyak air juga lebih mendukung terjadinya migrasi. Contoh kebiasaan di kalangan masyarakat yang sebenarnya tidak baik di antaranya adalah mengemas makanan bakso di dalam plastik dalam keadaan panas. Mengemas makanan bakso dengan plastik dalam keadaan panas dapat mengakibatkan larutnya zat-zat yang terkandung di dalam plastik ke dalam bakso. Selain itu, panas juga dapat mengurai polimer-polimer plastik menjadi monomer-monomer yang dapat terlarut ke dalam bakso. Monomer-monomer ini dapat membahayakan kesehatan jika ikut terkonsumsi.

Kemasan kertas juga banyak digunakan sebagai kemasan. Kemasan kertas juga mengandung bahan-bahan seperti bahan pemucat, bahan pengikat, dan bahan pewarna yang tidak kalah bahayanya dengan kemasan plastik. Sama halnya dengan kemasan plastik, pada kemasan kertas juga dapat terjadi peristiwa migrasi kemasan. Penggunaan kertas bekas sebagai kemasan harus lebih diwaspadai. Kertas bekas biasanya sudah penuh dengan tulisan yang berasal dari tinta. Tinta tulisan pada kertas dapat larut pada makanan, terutama pada makanan yang berminyak atau berair. Tinta merupakan bahan yang bukan food grade dan dapat membahayakan kesehatan apabila ikut terkonsumsi. Untuk menggunakan kertas bekas sebagai kemasan, seharusnya bagian (sisi) yang masih kosong yang boleh kontak dengan makanan, sedangkan bagian (sisi) yang sudah ada tulisannya jangan sampai kontak dengan makanan karena tinta tulisan dapat larut ke makanan. Salah satu hal yang juga perlu diwaspadai adalah penggunaan teh celup. Teh celup menggunakan kemasan kertas yang langsung kontak dengan air panas. Hal ini sebenarnya kurang baik karena zat-zat yang terkandung dalam kertas dapat larut ke minuman teh. Agar penggunaan teh celup lebih aman, hindari perendaman teh celup dalam minuman terlalu lama dan sebaiknya hanya dicelup-celupkan saja, bukan direndam. Teh celup juga sebaiknya digunakan satu kali saja, bukan berulang kali.

Kemasan kaleng juga tidak seratus persen aman. Kemasan kaleng dapat berkarat jika disimpan terlalu lama, terutama untuk makanan dan minuman yang mempunyai kadar asam dan garam yang tinggi. Selain itu, kemasan kaleng juga rawan penyok yang dapat menyebabkan kebocoran kemasan. Jika terjadi kebocoran, tentu saja makanan sudah tidak steril dan sudah tidak layak untuk dikonsumsi.

Kemasan gelas merupakan kemasan yang paling aman di antara bahan-bahan kemasan yang lain. Kemasan gelas tidak menyebabkan larutnya bahan-bahan berbahaya ke makanan terkemas. Akan tetapi, kemasan gelas ini memang penggunaannnya tidak sepopuler kemasan plastik. Kemasan gelas tidak banyak digunakan karena rawan pecah dan lebih berat. Bobot kemasan yang lebih besar ini dapat menyebabkan lebih sulitnya pendistribusian barang dari produsen ke konsumen, sehingga tidak banyak produsen makanan atau minuman yang memilih kemasan gelas sebagai kemasan produknya.

Fenomena bahaya bahan kemasan ini tidak berarti bahwa kita harus meninggalkan bahan kemasan sebagai solusi. Akan tetapi, kita harus menyiasatinya dengan menerapkan trik-trik tertentu agar tetap aman dalam menggunakan bahan kemasan. Beberapa trik yang dapat diterapkan agar tetap aman dalam mengonsumsi makanan dan minuman terkemas adalah sebagai berikut.

·Hindari memanaskan makanan dalam kemasan plastik atau kertas.

·Hindari menyimpan makanan dengan terkena sinar matahari secara langsung atau dalam keadaan panas.

·Hindari mengonsumsi makanan dan minuman yang telah disterilisasi atau dipasteurisasi dalam kemasan yang bocor.

·Hindari maengonsumsi makanan dan minuman kaleng jika kaleng dalam keadaan berkarat, penyok, terlalu menggembung, dan atau bocor.

·Hindari mengonsumsi minuman dengan tutup botol tidak rapat atau bocor.

·Biasakan membeli makanan panas dengan memakai kemasan berbahan gelas.

·Hindari merendam teh celup terlalu lama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun