Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sang Legenda, Manny "Pacman" Pacquiao

24 Januari 2019   18:06 Diperbarui: 24 Januari 2019   18:33 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu 19/1/2019 malam waktu Las Vegas, Manny "Pacman" Pacquiao melakoni pertandingan ke-70 dalam karier tinju profesionalnya ketika berhadapan dengan petinju Amerika Serikat, Adrien Broner. Pertandingan 12 ronde tersebut kemudian dimenangkan oleh Pacman dengan angka mutlak. Dengan kemenangan tersebut Manny Pacquiao kemudian berhasil mempertahankan gelar juara dunia WBA kelas Welter.

Sebenarnya aura pertarungan tinju yang berlangsung di tempat mewah MGM Grand, Las Vegas, Amerika Serikat ini berjalan dalam kadar biasa-biasa saja. Akan tetapi ketika kita melihat biodata dari petahana, maka kita akan terkesima.  Pacquiao yang juga merupakan seorang Senator dari Filipina itu berusia lebih dari 40 tahun. Sementara lawannya berusia 29 tahun. Artinya Pacman lebih tua 11 tahun dari Broner.

Tetapi faktanya disepanjang ronde Pacman terus menekan Broner. Bahkan dua kali Broner nyaris terjatuh akibat kombinasi jab dan stright menyengat dari Pacman. Usia ternyata tidak mempengaruhi "keganasan" Pacman. Praktis Broner yang jauh lebih muda itu kemudian bersikap "bijaksana." Broner kemudian menghindar dari jangkauan Pacman sembari melepaskan jab-jab sebagai tamengnya.

Ketika Pacman kemudian merapat untuk melepaskan kombinasi jab, straight dan uppercut, maka Broner langsung mengantisipasinya dengan cara memeluk rapat tubuh Pacman. Adegan berpelukan ini memang cukup sering terjadi dan memang sudah seharusnya dilakukan Broner, mengingat ia sudah merasakan betul bagaimana hook dari Pacman itu nyaris membuatnya terjengkang!

Kalau Pacman terus berinisiatif melakukan serangan, maka Broner justru lebih banyak menunggu. Broner memang petinju bertipikal counter boxer. Broner memukul justru ketika lawannya juga memukulnya. Jarang sekali Broner mau memanfaatkan keunggulan jangkauan tangannya untuk mengirim jab-jab kepada Pacman. Tampaknya Broner takut kalau-kalau sebuah upper-cut atau hook Pacman akan mendarat di dagunya ketika dia melepaskan jabnya.

Hasil pertandingan pun bisa ditebak dengan mudah. Pacman unggul telak 117-111, 116-112 dan 116-112 dari ketiga juri. Awalnya Broner tidak terima dengan kekalahan itu karena merasa lebih unggul dalam memasukkan pukulan. Faktanya apa yang diklaim Broner tersebut ternyata berseberangan dengan pendapat ketiga juri.

Menurut penilaian juri, Broner hanya unggul dalam dua ronde saja, yaitu pada ronde keempat dan kesepuluh. Sementara dalam sepuluh ronde lainnya mutlak menjadi milik Pacquiao. Fakta lainnya Broner ternyata tidak mampu melontarkan lebih dari sepuluh pukulan per ronde, dari sebelas ronde yang berlangsung!

Berdasarkan statistik dari Reemus Boxing Channel, Broner hanya berhasil mendaratkan 50 punch ke tubuh Pacquiao (11 jabs dan 39 power punch) dari 12 ronde. Sementara Pacquiao berhasil mendaratkan 112 punch ke tubuh Pacquiao (30 jabs dan 82 power punch) Dari statistik tersebut kita akhirnya tahu kalau sepanjang pertandingan Broner ternyata menderita lahir batin...

Adrien Broner ini sebenarnya bukanlah petinju kelas kacangan. Broner meraih gelar juara kelas Ringan WBO Junior 2011-2012, juara kelas Ringan WBC 2012-2013, juara kelas Welter WBA 2013 dan juara kelas Welter Ringan WBA 2015-2016. Dalam karir profesionalnya, Broner tampil sebanyak 37 kali dengan 33 kemenangan (24 KO) 3 kali kalah dan sekali imbang.

Akan tetapi kali ini Broner berhadapan dengan sang legenda, juara dunia di delapan kelas berbeda itu. Walaupun sudah "uzur" akan tetapi pukulannya masih mampu meremukkan tulang rusuk lawan. Sebelum bertanding, awalnya Broner sangat percaya diri akan dapat menaklukkan Pacman dengan KO. Akan tetapi setelah Broner merasakan sendiri kecepatan, akurasi, konsistensi dan kekuatan pukulan Pacman, Broner kemudian tidak berani lagi bersikap gegabah.

Setelah nyaris terjengkang pada ronde ketujuh dan kedelapan, Broner kemudian mengubah strategi dengan berusaha menjaga jarak pukul dengan terus bergerak dan menghindari fight dari jarak dekat. Strategi ini ternyata cukup jitu. Persentasi pukulan masuk Pacman kemudian melorot drastis. Praktis hanya sesekali jab-jab Pacman mendarat di tubuh Broner. Akhirnya Broner pun selamat dari kekalahan KO!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun