EPL kini sudah memasuki tahap pertarungan yang sebenarnya usai tahun 2018 kemarin berlalu. Bak etape tanjakan balap sepeda Tour de France, kelompok pembalap raja tanjakan (klub top six) kemudian meninggalkan rombongan besar pembalap road-race (klub menengah-bawah) di belakang mereka dengan selisih "waktu" yang cukup tajam.
Hingga laga pekan ke-23 usai, Liverpool masih tetap memimpin klasemen dengan perolehan nilai 60 poin. Hasil ini didapat lewat drama tujuh gol ketika Liverpool harus bersusah payah untuk mengatasi perlawanan sengit Crystal Palace lewat skor tipis 4-3. Manchester City tetap mengejar Liverpool setelah menaklukkan klub juru kuntji Huddersfield Town dengan skor telak 3-0. Dengan demikian City bisa tetap menjaga jarak 4 poin dari Liverpool.
Solksjaer yang menorehkan rekor tujuh kemenangan beruntun lewat kemenangan tipis 2-1 atas Brighton, kemudian membawa MU sementara ke posisi ke-5 klasemen. Unay Emeri yang sedang galau, kemudian berhasil mengamankan 3 poin dalam perang derby London setelah Arsenal berhasil mengandaskan perlawanan Chelsea 2-0 di Emirates Stadium. Kini MU dan Arsenal memiliki nilai yang sama yaitu 44 poin.
Lewat kemenangan itu, Arsenal kemudian kembali lagi ke posisi ke-5 klasemen berkat keunggulan selisih gol atas MU. Walaupun mengalami kekalahan, pasukan The Blues ini masih tetap berada di posisi ke-4 dengan perolehan 47 poin. Tetapi Chelsea harus waspada karena selisih nilainya dengan klub di bawahnya tinggal 3 poin saja! Kini Sarri semakin pusing ditengah krisis penyerang depan yang menghantui mereka.
Akan halnya Tottenham Hotspur, mereka ini berhasil lolos dari lubang jarum berkat kemenangan tipis 2-1 atas klub sekota, Fulham. Derby London ini juga berlangsung panas dan ketat. Sundulan kepala Harry Winks yang merobek jala Fulham di menit ke 90+3, kemudian memelihara asa Pochettino untuk ikut meramaikan perebutan juara EPL, sekaligus juga menjauhkan mereka sedikit dari kejaran "tiga kuda balap" di belakang mereka.
Eropa itu pun terlalu jauh bagi mereka. Kecuali kalau mereka bisa menjadi juara piala Carabao atau piala FA, maka jatah Liga Eropa hanya diberikan kepada klub urutan ke-5 atau ke-6 saja. Tampaknya para manajer klub papan tengah kini sudah bisa lebih bersantai dan sedikit bersenang-senang...
Kalau para manajer klub papan tengah sudah bisa bersantai ria, maka para manajer klub papan bawah juga  tak kalah pusingnya dengan para manajer klub papan atas! Kalau klub top six mengejar Liga Champion dan Juara EPL, maka klub bottom seven itu seperti dikejar-kejar oleh debt collector, hutang jatuh tempo dan kantor pajak!
Di EPL selama ini ada stigma angka psikologis 40. Artinya klub yang bisa mencapai nilai minimal 40 poin, maka mereka akan lolos dari jeratan debt collector eh degradasi maksudnya. Jadi setiap klub papan bawah biasanya berusaha mengejar angka psikologis 40 poin ini secepatnya.
Masih ada 15 pertandingan lagi yang harus dijalani. Tampaknya peluang Huddersfield Town untuk bisa bertahan di EPL sangat tipis. Dengan nilai 11 poin dan minus 27 gol, mereka butuh setidaknya 29 poin untuk mencapai angka psikologis 40, plus kemalangan bagi klub-klub saingan agar mereka bisa tetap eksis di EPL. Meraup 29 poin dari 15 pertandingan adalah sebuah hil yang mustahal bagi Huddersfield...
Lantas siapa nantinya yang akan menemani Huddersfield jatuh ke jurang degradasi? Kalau melihat dari papan klasemen saat ini, Fulham (14 poin) adalah salah satunya. Akan tetapi melihat permainan mereka kemarin ketika berhadapan dengan Hotspur, rasanya Fulham bisa saja lolos kalau mereka bisa tampil konsisten seperti kemarin itu. Apalagi kini ada Ranieri yang menjadi manajernya.
Setelah itu ada 5 kandidat klub papan bawah yang angkanya hampir sama. Crystal Palace, Southampton dan Burnley memiliki 22 poin. Newcastle 21 poin, dan Cardiff City 19 poin. Crystal Palace, Southampton dan Newcastle saya favoritkan tetap bisa bertahan di EPL musim depan.
***
Di papan atas perburuan meraih gelar kini mengerucut ke dua klub saja yaitu Liverpool dan Manchester City. Tadinya Hotspur difavoritkan menjadi kuda hitam. Akan tetapi tipisnya kedalaman skuat Hotspur membuat orang menyingkirkan Hotspur dari persaingan. Tanpa kehadiran Son dan Kane (cedera parah) pasukan Hotspur tampak kepayahan meladeni Fulham kemarin itu.
Lorente jelas tidak bisa menggantikan peran Kane. Belum lagi kalau Eriksson cedera atau tidak bisa bermain. Hotspur adalah satu-satung klub EPL yang tidak berbelanja pemain pada musim ini. Hal itu jelas mempengaruhi konsistensi permainan mereka untuk mengarungi musim kompetisi yang panjang. Kini Pochettino tampaknya mulai fokus untuk mengamankan tempat ketiga Liga Champion musim depan.
Tak ada yang berani meramalkan siapa bakal juara EPL musim ini karena persaingannya sangat ketat. Tapi yang jelas Klopp sengaja melepas Carabao Cup dan FA cup demi memuluskan langkahnya mengejar juara EPL dan Liga Champion. Sementara Pep dengan kedalaman skuatnya yang melimpah tetap nekat mengarungi empat kompetisi sekaligus. Sebab bagi Pep, latihan terbaik bagi anak asuhnya itu adalah dengan bermain dalam laga yang kompetitif.
Jatah satu tiket lagi (Liga Champion) kini semakin ramai diperebutkan oleh tiga klub besar (Chelsea, Arsenal dan Manchester United) Padahal tadinya MU (era Mou) tidak masuk dalam perburuan. Akan tetapi dengan semakin moncernya penampilan MU ditengah inkonsistensinya duo London (Chelsea dan Arsenal) kini jarak diantara mereka pun nyaris sama.
Siapakah diantara ketiga klub ini yang berhasil meraup jatah tempat ke Liga Champion musim depan? Tampaknya kita harus menantikan kompetisi ini selesai sampai akhir musim nanti untuk menemukan jawabannya.
Salam sepakbola
Aditya Anggara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H