Solskjaer baru saja menorehkan sejarah baru yang fenomenal. Sebelumnya Solskjaer menjadi manajer pertama MU yang bisa mencatatkan rekor enam kemenangan beruntun. Tadi malam Solskjaer kemudian mempertajam rekor tersebut menjadi tujuh kemenangan beruntun di semua ajang, lewat kemenangan tipis 2-1 atas Brighton di Old Trafford.
Di babak pertama MU begitu mendominasi pertandingan. MU yang tampil lewat skema 4-2-3-1 sejak awal sudah langsung menekan pertahanan Brighton. Penampilan apik duet center back, Lindelof dan Jones di belakang, membuat double pivot Matic dan Herrera lebih agresif maju ke depan untuk membantu serangan.
Padahal pada era rezim Mou berkuasa, duet center back ini jarang dimainkan. Mou memang terlalu berfokus pada sisi center back, sehingga membuat duet Matic dan Herrera juga lebih fokus untuk melindungi sisi ini. Akibatnya alur serangan MU dari sisi tengah selama ini tidak terlalu banyak. Itulah sebabnya Mou lebih mengandalkan serangan lewat sisi sayap.
Penampilan MU tadi malam (terutama pada babak pertama) memang sangat berbeda dengan penampilan MU selama rezim Mou. Sejak awal Solskjaer sudah menekan tombol "Turbo dan NOS" dengan memasang garis pertahanan tinggi. Tak ayal MU kemudian mengurung Brighton dari semua sisi. Praktis MU hanya menyisahkan Lindelof dan Jones di lini belakang. Bahkan Lindelof dua kali membuat percobaan namun tak berbuah gol.
Gol sepertinya tinggal menunggu waktu saja. Akhirnya masa penantian itu pun tiba. Dalam sebuah perebutan bola diantara Pogba dengan bek kiri Brighton, Gaetan Bong, tetiba Pogba terjatuh di kotak penalti, menimpa gelandang Davy Propper. Tampaknya itu sebuah body-charge biasa saja. Tetapi Pogba kemudian dengan mudahnya terjatuh bak daun kering tertiup angin sepoy-sepoy. Eksekusi Penalti Pogba kemudian berbuah gol. MU 1 Brighton 0.
Dua menit jelang babak pertama berakhir, Marcus Rashford kemudian mencatatkan namanya di papan skor lewat sebuah tendangan cantik dari sudut nan sempit. Sebelumnya Rashford seorang diri berhasil mengecoh beberapa pemain sebelum menjebol gawang Brighton yang dikawal oleh David Button. MU 2 Brighton 0.
Babak kedua dimulai dan serangan MU tetap menggelora seperti pada babak pertama. Menit ke-50 Rashford nyaris menambah gol baginya. Sayang tendangan kaki kanannya  masih belum tepat sasaran. Menit ke 53 Rashford memberikan umpan matang kepada Lindgard, namun sayang Lindgard gagal mengkonversikannya menjadi sebuah gol. Menit ke-59 tendangan Pogba melambung tinggi dia atas gawang Brighton.
Setelah itu pertandingan menjadi anti klimaks bagi MU! Alur serangan mereka mulai melemah karena kehilangan ritme permainan. Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh pemain-pemain Brighton yang mulai kembali bersemangat. Menit ke-72 petaka pun terjadi. Berawal dari umpan lambung Davy Propper ke area kotak penalti MU.
Disitu ada Diogo Dalot dan Phill Jones yang berhadapan dengan pemain pengganti, Florin Andone dan Pascal Gross. Jones yang berduel dengan Andone, gagal mengamankan bola umpan Propper. Bola kemudian berhasil dikontrol Gross dengan dada, lalu dia kemudian menyontek bola ke sisi atas gawang de Gea tanpa bisa dicegah Dalot. Gol! MU 2 Brighton 1!
Tetiba muncul sebuah pertanyaan penting. Apa yang terjadi dengan MU pada 20 menit terakhir? Mengapa permainan mereka di pertengahan babak kedua kembali seperti ketika dilatih Mourinho dulu? Mari kita lihat penyebabnya.
Selama ini para pemain MU sudah terbiasa dengan pakem ala Mourinho. Mou yang dalam khayalannya itu adalah jagoan strategi, biasanya bermain dengan dua paket opsi. Paket pertama, MU main bertahan rapat dulu, baru kemudian di 15 menit terakhir melakukan serangan tajam untuk menaklukkan lawan. Contohnya ketika MU menaklukkan Juventus di Turin pada laga Liga Champion lalu.
Paket kedua, MU bermain menyerang dulu untuk mencari gol, sesudah itu bertahan pat rapat "memakai jamu sari rapet, yang populer juga dengan sebutan parkir bus ala Mou." Contohnya ketika MU menaklukkan Liverpool pada laga EPL musim lalu. Sebenarnya prinsip Mou ini berlaku untuk semua pertandingan. Kalau sudah unggul, ya hasil harus diamankan dengan cara pragmatis.
Pada awal-awal babak kedua, para pemain MU sebenarnya masih bernafsu untuk menambah gol lagi. Akan tetapi tidak ada lagi gol yang mereka dapat karena para pemain Brighton bertahan rapat. Setelah itu para pemain MU tampaknya sudah puas dengan keunggulan dua gol tersebut, dan seperti biasanya (dalam pakem Mou) mereka kemudian fokus untuk mengamankan hasil.
Sebaliknya Solskjaer tidak ada menginstruksikan para pemain untuk bertahan. Ia malahan memasukkan Juan Mata Dan Lukaku untuk menggantikan Lindgard dan Martial. Artinya Solskjaer mau "Turbo dan NOS" tetap dalam posisi "ON."
Kebobolan satu gol dari Brighton tadi, ternyata membuat para pemain MU kehilangan kepercayaan diri. Matic dan Herrera tidak lagi naik membantu serangan. Mereka kini fokus melindungi duet Lindelof dan Jones di belakang. Keluarnya Lindgard dan Martial praktis membuat serangan dari sayap juga berkurang drastis karena Rashford dan Mata yang menggantikan posisi mereka, tidak lagi mendapat dukungan sepenuhnya dari Dalot dan Young dari belakang.
Demikian juga di tengah. Pogba bukanlah seorang playmaker ataupun penyerang lubang. Pogba adalah seorang "Herrera yang sedikit naik." Tanpa dukungan Herrera dan Matic, Pogba kini "sendirian" di tengah. Akhirnya Pogba hanya melakukan tendangan-tendangan spekulatif saja. Sama seperti Rasford, Pogba setidaknya 6 kali melakukan tendangan yang tidak juga menghasilkan gol.
Satu hal lagi, pemain MU tidak bisa menjaga ritme permainan agar tetap konsisten. Rasford, Pogba, Lindgard dan Martial bermain terlalu individu dan bersemangat. Mereka ini selalu memaksakan diri untuk sprint melewati beberapa pemain lawan. Hal ini jelas menguras stamina. Pada pertengahan babak kedua, arus serangan MU langsung mengendur karena keempat pemain ini sudah terlihat lelah.
Ini perlu mendapat perhatian dari Solskjaer. MU memang butuh sosok seorang kapten seperti Roy Keane dulu yang mampu mengendalikan irama permainan di lapangan. Selain skill, tentu saja sikap respek dari para pemain lain dibutuhkan oleh sosok seorang pemimpin lapangan.
Apakah MU Solskjaer (sekarang) ini lebih hebat dari MU sebelumnya? Bagi saya pribadi jelas tidak, walaupun mereka kini berjalan ke arah itu. Terlepas dari pengaruh seorang pelatih (Solskjaer) hampir semua pemain MU kini bermain 200% lebih dari kemampuan mereka untuk menunjukkan kepada dunia betapa "bodohnya" seorang Mourinho.
Para pemain ini bermain untuk bersenang-senang sekaligus untuk mengolok-olokkan seorang Mourinho! itulah sebabnya sosok Mou kini menghilang tertelan bumi... Para pemain MU kini memang sedang menikmati euforia reformasi di ruang ganti pemain setelah sebelumnya tertindas oleh "rezim ORBA Mourinho," Dulu para pemain seperti Pogba, Jones, Shaw, Rashford, Martial dan lainnya ini sering di "pekai" kan Mourinho.
Kini para pemain ini sedang bergembira menikmati kebebasan mereka. Tapi sampai kapan mereka bisa "fly?" Ketika masa euforia itu berlalu, maka mereka akan kembali berhadapan dengan tantangan ataupun masalah yang sama. Solskjaer pun nantinya harus mengamankan target yang sudah dibebankan manajemen klub kepadanya.
Akan tiba masanya nanti ketika Solskjaer hanya akan menurunkan pemain-pemain yang diyakininya bisa meringankan beban tugasnya. Strategi permainan yang diusung  Solskjaer nantinya bisa saja tidak cocok dengan pemain tertentu. Jadi tetap saja ada kemungkinan konflik diantara pemain dengan pelatih. Dan itu adalah hal yang wajar.
Terlepas dari euforia sekarang ini, Solskjaer sungguh layak mendapatkan jabatan manajer permanen dari manajemen klub. MU yang sekarang tetaplah sama seperti MU yang dulu. Yang berbeda hanyalah gaya permainan mereka yang kini lebih menarik. Bukan karena skill mereka bertumbuh, melainkan karena mereka kini bisa bermain sambil menikmati permainan sepak bola itu sendiri.
Ini sama seperti pesan orang bijak kepada pasutri yang mendambakan kehadiran buah hati dalam keluarga mereka. "Fokuslah kepada cara membuatnya, tidak kepada hasilnya..."
Salam sepakbola
Aditya Anggara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H