Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Seandainya Aku Menjadi Setan Penakluk Vanessa Angel

13 Januari 2019   16:52 Diperbarui: 13 Januari 2019   17:24 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Angel dan tugasku adalah menaklukkan setan, terutama setan-setan politik dari pihak sebelah. Sebenarnya nama dan tugasku ini agak ambigu juga, tergantung dari kepentingan yang melihatnya. Jadi anda boleh menyebutku Angel penakluk setan ataupun Setan penakluk angel...

Di dunia ini memang tidak ada yang salah absolut ataupun benar absolut. Selalunya tergantung dari sudut pandang seseorang. Kata orang sesat, polisi dan penjahat itu hanya dipisahkan oleh baju semata. Soalnya pernah sekali polisi yang melakukan penggebrekan jaringan narkoba digebuk oleh seorang ibu dengan panci penggorengan. Kata ibu tadi polisi itu jahat. Kalau suaminya ketangkep, trus siapa ntar yang ngasi uang belanja kepadanya?

Tupoksi (Tugas pokok dan fungsi) ku itu adalah bidang Polhukam (Politik, hukum dan keamanan) terutama menyangkut urusan Pilpres. Namun sesekali aku tertarik juga menceburkan diri pada urusan syahwat. Lha koq setan bermain syahwat! Yah, setan itu juga manusia brauw...

Biar aku luruskan sedikit. Kita ini tidak sedang membahas teologi, filsafat maupun dunia alam gaib. Setan/angel itu kan hanya topeng semata yang modus operandinya juga hanya di jagad maya saja. Di alam nyata, aku itu tetaplah seorang manusia yang sebagai mahluk biologis tentu saja akan terlibat dengan urusan syahwat...

***

Awal tahun 2019 ini nama VA (Vanessa Angel) mendadak viral di media gegara kasus prostitusi online-nya yang konon bernilai delapan puluh jeti per transaksi itu. Sebagai setan maupun angel, aku tentu saja terkesima dengan angka itu. Bukan apa-apa brauw, delapan puluh jeti itu adalah gajiku sebagai setan/angel per tahun. Itu pun berlakunya hanya setahun menjelang pilpres saja.

Sebelum itu atau sesudah pilpres nantinya berlalu, maka aku akan kembali lagi menjadi tukang ojek pangkalan, hiks... Dengan anggaran entertain-ku yang pas-pasan ini, paling banter aku cuma akan mendapat sabetan dari lingerie atau stockingnya VA doang...

Tapi mungkin peruntunganku akan berbeda kalau junjunganku itu nantinya berhasil menjadi orang nomer satu. Sesuai dengan kesepakatan semula, aku akan menerima bonus sepuluh kali lipat dari gajiku itu. Makjleb! Kalau begitu boleh dong aku nanti membuat janji dengan mucikari VA tadi...

Tapi tunggu dulu. Itu kalau juragan itu tidak boong! Soalnya doi terkenal sebagai tukang ngibul. Lha wong orang pekaes yang sudah jelas-jelas sahabat partai itu saja tega dikadalinnya. Awalnya mereka itu dijanjikan menjadi orang momer dua di Istana maupun di Balai Kota. Eh gak taunya janji tinggal janji. Janji itu kemudian raib seperti kabut yang dikebut oleh sinar mentari pagi.

Tapi ada orang sesat bilang kalau orang pekaes itu diem karena mulutnya sudah disumpal dengan kardus, buset! Di negeri setan sendiri ide-ide jenius seperti itu sungguh tidak pernah terbayangkan. Itulah sebabnya di Neraka sendiri pun, lembaga anti rasuah seperti kapeka itu tidak ada wujudnya. Di Neraka, biasanya para setan menyumpal mulut setan yang akan disogoknya itu dengan sebuah cipokan...

Sejenak hatiku diliputi keraguan. Kalau ustad saja tidak dihormati, apalagi aku yang jelas-jelas anak setan ini. Sudah pasti keberadaanku tidak akan diakui. Sebab dulu perjanjiannya adalah, "Datang tidak dijemput pulang tidak diantar. Kalau ketangkep sama angel beneran, maka resiko ditanggung sendiri"

Yah sudah, aku pasrah saja. Hari begini memang susah cari kerja bagi orang pemalas seperti aku ini. Aku ini suka tidur telat karena begadang dan bangunnya selalu kesiangan. Pekerjaan menjadi angel memang sudah pas buatku. Kerjanya enak gak pake keringat, cuma "ketak-ketik membuat kejahilan" di lapak orang doang.

***

Kembali ke topik VA tadi. Sependek akalku, kasus prostitusi yang melibatkan artis ini bukanlah kasus pertama dan akan menjadi terakhir kalinya pula. Tampaknya ada satu benang merah yang melibatkan banyak pihak. Mulai dari penjual jasa, broker (mucikari) penyedia fasilitas (tempat) hingga pengguna jasa.

Sejak peradaban manusia pertama kalinya ada, bisnis ini pun sudah ada. Konon pada suatu kali, seorang arkeolog melakukan penggalian pada sebuah makam Pithecanthropus Erectus. Mereka kemudian menemukan beberapa kondom yang konon terbuat dari kulit Tyrannosaurus yang terkenal dengan sebutan T-rex tersebut. Artinya sejak zaman purba pun manusia itu sudah akrab dengan dunia prostitusi...

Lalu terbayang pada pikiranku sebuah ide jenius untuk memaksimalkan bisnis prostitusi ini menjadi sebuah berkah bagi junjunganku nantinya. Bisnis prostitusi ini bukan bisnis main-main, sebab tetap tokcer ditengah melemahnya perekonomian dunia. Entah lah itu gegara iklan obat kuat yang menjamur ataupun pengaruh dari MES (Mak Erot Syndrome) Perputaran bisnis ini pun bisa mencapai triliunan rupiah pertahunnya di negeri ini.

Dulu itu ada penelitian, katanya 2 dari 3 lelaki di Jakarta itu pernah atau suka selingkuh! Penduduk negeri ini memang suka dunia esek-esek. Mulai dari stensilan, majalah porno, video bokep, alat bantu sex hingga dunia prostitusi online maupun offline. Nah, jadi benarkan premis diatas yang mengatakan kalau bisnis prostitusi ini memang sangat menggiurkan dan tidak kenal resesi.

Tapi aku tidak berminat untuk membahas bisnis prostitusi kelas menengah bawah. Apalagi kelas abal-abal seperti sex di pinggir kali, di balik gerbong kereta, termasuk yang di atas becak! Yang ingin aku bahas adalah bisnis prostitusi sekelas VA tadi. Kebayang kan kalau bisnis ini bisa di-manage secara benar dengan cara yang elegan pula!

Ya, bisnis ini memang harus dikelola secara profesional dan elegan. Jangan seperti sekarang ini. Dimana tampak seperti orang yang naik pesawat terbang. Duduknya di bisnis class, tetapi perangainya seperti orang yang sering duduk di bis AKDP kelas ekonomi. Ketika seat-belt sudah boleh dilepas, orang ini lalu menuangkan air panas dari termos yang dibawanya kedalam mangkuk mi instannya. Semerbak wangi mi instan itu kemudian tercium oleh... polisi!

Kembali ke laptop. Sekiranya aku bisa mengelola seribu artis seperti VA tadi, dengan pendapatan bersih 25 juta per order maka panjenengan bisa kalikan sendiri berapa pendapatannya untuk setahun. Lalu aku menulis surat ke sang junjungan mengenai ide cemerlang ini.

Yah, seandainya beliau ini nantinya menjadi orang nomer satu di negeri ini, maka beliau ini juga akan bisa membangun infrastruktur termasuk jalan tol-tol itu tanpa harus memakai dana APBN, ataupun dengan utangan kepada para asing-aseng! Caranya bijimana? Tentu saja dengan memakai "uang lendir" itu..." Wah seketika senyum diwajahku mengembang... mungkin aku nanti bisa menjadi Menteri PUPR, atau setidaknya menjadi Menteri urusan Perawan (Peranan Wanita...)

Tapi bayangan kardus dan tukang ngibul itu kembali menyegarkan lamunan. Aku segera merobek surat tadi. Sambil meremas sebuah stocking berinisial VA, aku kemudian menulis catatan di-diary-ku, judulnya  a letter unsend...

Aditya Anggara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun