Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kugapai Lenganmu, Kamu Garuk Tangannya...

7 Januari 2019   13:47 Diperbarui: 7 Januari 2019   14:08 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggilan untuk boarding baru saja terdengar ketika Maya menghabiskan sisa kopi lattenya. Maya lalu berkemas dan memeriksa meja sekali lagi untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Hatinya diselimuti kegembiraan karena sebentar lagi dia akan berangkat ke Manado untuk acara reuni SMA yang sudah lama ditunggunya.

Senyum manis tersungging dari bibir Maya ketika memberikan boarding pass, hingga membius petugas pemeriksa tiket itu. Petugas itu hanya bisa berdiri mematung dengan rahang terkulai jatuh. Segera temannya mengatupkan rahangnya, lalu menggelitiki ketiaknya untuk membuatnya tersadar kembali. Sambil tersipu malu petugas itu kemudian kembali memeriksa tiket penumpang lain seperti biasanya.

***

Trip ke Manado ini memang sangat istimewa karena merupakan reuni pertama yang akan dihadiri oleh hampir seluruh angkatan mereka. Maya berdua dengan Simon, sohibnya dulu semasa di SMA. Mereka berdua sengaja datang lebih cepat sehari dari rombongan besar dengan alasan berbeda.

Alasan Simon datang lebih awal karena ada urusan bisnis. Sedangkan alasan Maya karena ingin bertemu dengan saudaranya. Padahal Maya sebenarnya janjian bertemu dengan Andy, yang sudah 15 tahun tidak pernah dilihatnya lagi. Andy yang misterius itu baru kemudian muncul di grup WA 4 bulan terakhir ini. Ternyata selama ini Andy bekerja di Freeport, Papua.

Lamunan Maya kemudian membawanya ke masa silam, masa-masa ketika ia masih SMA dulu. Dari semua teman SMA-nya dulu itu, ada seorang yang sangat menarik hatinya. Pria hitam manis dengan rambut keriwil itu bernama Andy. Dia masih ingat ketika pertama kali dulu digonceng Andy naik vespa birunya.

Andy terlihat sangat piawai mengendarai motor semok itu. Mereka muter-muter mengelilingi Kebun Raya Bogor untuk kemudian diakhiri dengan makan baso tak jauh dari stasiun kereta. Rintik hujan yang turun ketika itu menjadi penambah semangat untuk memeluk pinggang sihitam manis itu ketika mengantarnya pulang ke rumah.

Sebuah kecupan manis di bibir kemudian mampu mengusir rasa dingin dari tetesan hujan yang membasahi kulitnya, meluruskan tulangnya yang bengkok, hingga memaksa rembulan untuk menghadirkan dirinya sejenak kepada mereka. Itulah perjalanan pertama Maya dengan Vespa biru itu, tapi itu pula perjalanan terakhirnya dengan Andy yang misterius itu.

Senyum manis kemudian tersungging dari bibir Maya. Dia lalu dia melirik kesamping. Simon, sahabat karib yang menemaninya telah tertidur dengan rahang terkulai jatuh tanpa melihat senyum manisnya. Maya kemudian mengatupkan rahang Simon, tapi tidak menggelitiki ketiaknya, dan membiarkannya tertidur saja.

Ketika mereka tiba di Manado, Maya sedikit kecewa. Ternyata Andy belum tiba seperti yang dijanjikannya, sehingga dia harus melewatkan malam yang romantis itu dengan siluet vespa biru itu saja. Ternyata Andy baru tiba keesokan harinya.

Tetapi "siput dulu baru kerang, lain dulu lain sekarang" Kalau dulu Andy adalah pria yang ramah-tamah dan murah senyum, ternyata sekarang dia menjadi pria yang remeh-temeh dan pelit senyum kepada orang lain! Sekarang dia tampak lebih pendiam. Mungkin akibat pengaruh terlalu sering pakai koteka di Papua sana...

Tetapi Maya tidak terlalu berkecil hati. Melihat raut wajah hitam manis itupun sudah mengobati rindu dendamnya yang telah lama dipendamnya selama berpuluh tahun, seperti gunung soputan yang terbatuk-batuk ketika mendengar gunung Krakatau menderita "batuk rejan" Ah, dia akan mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan tabir isi hatinya yang sudah lama tersimpan dikaki gunung Salak itu.

Keesokan harinya mereka pergi ke Bunaken. Andy terlihat menaiki bis, yang dibelakangnya ada tulisan "Salam Satu Jari" itu. Maya segera berlari menyusulnya ke bis dan mencari tempat duduk disamping Andy. Hampir saja Simon duduk disamping Andy, tetapi dia segera saja mendahuluinya, dan duduk persis disamping Andy. Aha... pucuk dicinta kelambu tiba!

Sayup-sayup terdengar lagu sepanjang jalan kenangan melalui suara empuk-empuk enak tour guide itu, menambah sejuk udara dingin didalam bis. Menusuk kedalam kalbu, menghangatkan sukma untuk merajut kisah yang sudah lama terpendam. Ingin rasanya Maya mengintip gambar bordiran Ikatan Alumni di sebelah dalam kaos Andy tersebut, tetapi ia mengurungkannya...

Sinar mentari pagi yang menyeruak melalui horden jendela bis, seakan mencegah niatannya itu. Senyum manisnya kemudian merekah tertimpa cahaya surya, menimbulkan spektrum warna seperti pelangi yang indah.

Sejenak bumi berhenti berputar. Gravitasi menjadi nol, roda bis seperti berjalan ditempat, seketika semua orang mematung. Andy menoleh kepada Maya sejenak, lalu kembali menatap kedepan. Dia tidak mematung, rahangnya tidak terkulai jatuh, karena Andy sedang mengunyah kacang tojin!

Maya mematung dengan rahang terkulai jatuh. Dia kecewa! Bumi segera berputar kembali pada porosnya. Roda bis berputar lebih cepat, sehingga supir bis harus mengerem sambil berdiri dan berteriak, ketika nenek lampir tiba-tiba menyeberang jalan...

Ah... masih ada satu kesempatan lagi, yaitu malam terakhir. Mungkin malam perpisahan itu bisa menjadi awal pertemuan-pertemuan selanjutnya, bisik Maya mantap.

Akhirnya saat yang dinantikan pun tiba. Pada malam itu, mereka asyik ngobrol berdua ditemani alunan lagu "If we hold on together" yang dibawakan dengan lembut oleh Ketut. Sambil menutup mata, Maya memegang dengan lembut lengan Andy. Dia membiarkan angannya terhanyut oleh suasana yang romantis itu.

Seketika Maya merasakan keanehan. Dia lalu membuka mata dan melihat apa yang terjadi. Tangan kiri Andy memeluk dengan mesra bahu kiri Simon, sedangkan tangan kanannya menggaruk dengan lembut kedua tangan Simon yang sedang memegang koteka mininya itu.

Sebuah notifikasi terlihat di ponsel. Maya lalu membukanya. Ternyata dari Yenni. Tampak gambar Simon dan Andy berduaan dengan kaca mata Police-nya di pinggir pantai, persis pada hari kedatangan mereka ke Manado. Ternyata itulah "urusan bisnis" Simon ke Manado. Sementara itu Maya terpaksa harus menunggu "saudaranya" sendirian di dalam kamarnya...

Ah celaka tiga belas! Mereka berdua itu memang penghuni kamar tiga belas! Astaga, jeruk makan jeruk!

Lagu If we hold on together pun sudah berakhir. Kini Ketut melantunkan lagu Tiada Lagi dari Mayang Sari,

Sia-sia sudah kita jalin cinta, bila hati s'lalu berbeda

Sampai kapan lagi 'ku harus menahan rasa kecewa di dalam dada

Seandainya kita masih bersatu, tak mungkin 'kan menyatu

Walau masih ada sisa cinta, biarkan saja berakhir sampai di sini

Tiada lagi yang kuharapkan, tiada lagi yang kuimpikan

Biar aku sendiri tanpa dirimu...

Aditya Anggara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun