Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencermati Kasus Penyerangan Polsek Ciracas dari Sisi Lain (Bagian 2)

18 Desember 2018   19:07 Diperbarui: 18 Desember 2018   19:24 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mapolsek Ciracas terbakar, sumber : Skanaa

Kedua adalah milisi hasil bentukan tentara Jepang seperti PETA, Heiho dan Gakukotai yang kemudian bergabung ke TNI setelah Jepang menyerah. Pendidikan mereka ini setidaknya sudah cukup baik. Akan tetapi sikap dan pola pikirnya cenderung militan ala tentara Jepang. Tokoh alumni PETA antara lain adalah Soeharto, Soedirman, Ahmad Yani, Sarwo Edhie, Soemitro dan sebagainya.

Ketiga adalah milisi hasil bentukan rakyat sendiri seperti yang dapat kita lihat dalam film Naga Bonar yang dulu dibintangi oleh Deddy Mizwar itu. Sebagian dari mereka ini memang berasal dari preman yang rendah disiplinnya. Bahkan masih ada yang buta huruf. Sebenarnya mereka ini tidak layak disebut sebagai tentara profesional.

TB Simatupang berperan besar dalam pembangunan sistim militer di awal kemerdekaan. Simatupang kemudian menjadi KSAP (Kepala Staf Angkatan Perang) menggantikan Jenderal Soedirman yang wafat pada Januari 1950. Sejak awal Simatupang selalu ingin militer menjadi profesional. Menurutnya tentara adalah alat negara dan tunduk pada pemerintah sipil. Walaupun seorang KSAP (Panglima TNI sekarang) Simatupang justru tidak suka dengan hal yang militeristik!

Awalnya hubungan Soekarno dengan Simatupang sangat akrab, tetapi kemudian renggang. Ada cerita lucu dimana Bung Karno marah karena Simatupang keberatan dengan jas putih bergaya militer dengan empat saku (plus seabrek bintang jasa di dada) kesukaannya itu. Simatupang menganggap penggunaan seragam militer bisa menjadi stigma di masyarakat. Dia khawatir terbentuk mentalitas, hanya orang yang berseragam yang patut dihormati.

Kekhawatiran Simatupang soal uniform ini ternyata terbukti bahkan hingga kini, 66 tahun kemudian. Ormas-ormas bahkan sekuriti gemar mematut diri dengan uniform bak militer seperti baju loreng, baret merah/helm militer maupun sepatu boot.

Paham militeristik dan sikap arogan jika mengenakan seragam atau menjadi tentara ini memang sudah tumbuh sejak zaman Jepang hingga kini. Itu karena militer kita cenderung dididik bergaya ala tentara PETA/Heiho Jepang pula!

Juli 1952, para perwira tinggi jebolan PETA mulai berani menyingkirkan peran perwira tinggi profesional jebolan Akademi Militer Belanda. Awalnya bermula dari laporan Bambang Supeno, Komandan Candradimuka kepada Soekarno, untuk mengganti KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat) yang dijabat oleh Kolonel AH Nasution. Rupanya ketika itu banyak perwira yang tidak suka ketika KSAD melibatkan MMB (Misi Militer Belanda) untuk meningkatkan mutu TNI-AD.

Soekarno memberi restu sepanjang para Pangdam setuju dengan cara mengumpulkan tanda tangan. Setelah memperoleh dukungan dari para Pangdam, Bambang Supeno kemudian menyampaikan surat permintaan pemberhentian KSAD kepada KSAP, Mayjen Simatupang selaku atasan Nasution. Simatupang tentu saja tidak memenuhi permintaan lancang tersebut. Supeno kemudian dipecat!

Simatupang lalu menemui Soekarno di Istana, dan terjadilah perdebatan seru. Soekarno mengakui campur tangannya karena banyak Pangdam yang menghendaki pergantian KSAD. Sebaliknya Simatupang tidak setuju karena itu akan menjadi preseden. Pangdam juga akan bisa dipecat KSAD kalau para Danremnya tidak suka kepadanya. Dengan demikian para pemimpin militer yang khawatir kedudukannya terancam, akhirnya akan melindungi diri pula kepada presiden.

Dalam hal ini tampak pada kasus Bambang Supeno, Komandan Candradimuka (sebuah lembaga pendidikan mental bagi perwira TNI-AD) yang sepertinya akan mengalami tour of duty, lalu dia mengumpulkan petisi untuk melengserkan KSAD! Memang kebijakan profesionalisme TNI ala Nasution ini telah membuat heboh seluruh prajurit diseantero tanah air, terutama TNI ex "milisi ala Naga Bonar."

Mereka jelas akan tereleminasi (apalagi masih banyak yang buta huruf) Mengemis mereka malu. Bekerja di sawah atau menjadi kuli, badan tidak kuat. Kemungkinan tinggal merampok saja. Ketika kemudian PRRI/Permesta membuka lowongan pekerjaan, mereka kemudian segera memasukkan CV...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun