"Selama saya Kepala Staf Angkatan Perang, saya tidak akan biarkan itu terjadi" kata Simatupang. Soekarno yang marah kemudian berkata kepadanya, "Ik heb je al gesegd je hebt de specialiteit om iemand in de hoek te drukken" (Saya sudah bilang kamu mempunyai kemampuan khusus untuk memojokkan seseorang) Pertemuan itu kemudian berakhir tanpa solusi. Tak lama kemudian Simatupang dan Nasution dicopot dari jabatannya.
***
66 tahun sudah berlalu sejak Simatupang, Jenderal pemikir dan peletak dasar-dasar profesionalisme TNI itu dipecat. Kekhawatirannya terhadap profesionalisme para prajurit TNI sampai saat ini belum juga menemukan solusi. Sebagian dari prajurit itu masih bermental ala tentara PETA, dengan paham militeristik dan sikap arogan dibalik seragam tentara mereka itu.
Kalau begitu ada dua penyebabnya. Leadership dan kurikulum pendidikan. Dan keduanya hanya terdapat dalam diri Simatupang. "Guru kencing berdiri murid kencing berlari." Simatupang rela jabatannya dicopot sebagai Panglima TNI karena dia tidak mau mencopot KSAD Nasution yang diyakininya telah bertindak benar ketika melakukan pelatihan peningkatan mutu TNI-AD.
Jenderal Simatupang yang wafat pada 1 Januari 1990 lalu ini tentu saja akan sangat kecewa melihat karut marut yang terjadi dengan perseteruan diantara TNI dengan Polri ini. Namun saya ingin bertanya kepada salah satu jenderal yang juga berasal dari Sumatera ini, terkait dengan penyerangan terhadap Mapolsek Ciracas tersebut.
Saya (S) : Sebagai seorang jenderal TNI, apakah anda tidak terganggu dengan penyerangan orang berambut cepak terhadap Mapolsek Ciracas tersebut?
Jenderal (J) : Apa urusan anda menyanyakan hal itu?
(S) : eh hahaha (tertawa kecil) Ini pertanyaan yang sederhana sesungguhnya jenderal.
(J) : Bukan hak anda juga bertanya kepada saya
(S) : eh hahaha (tertawa kecil lagi) Ini artikel milik saya sendiri bukan milik admin Kompasiana, jadi saya punya hak dong untuk bertanya?
(J) : Oke terima kasih. Saya punya hak juga dong untuk tidak menjawab.