Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi 212 dari Perspektif Lain

12 Desember 2018   17:23 Diperbarui: 12 Desember 2018   17:24 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Reuni 212, sumber : Hidayatullah.com

Akhirnya reuni 212 yang berlangsung di Silang Monas pada minggu kemarin berjalan dengan mulus. Memang ada sedikit distorsi mengenai tujuan dan jumlah peserta yang hadir. Menurut panitia pelaksana dan warga yang ikut, reuni 212 ini adalah aksi damai yang terlepas dari kepentingan politik.

Namun kehadiran Capres nomor dua, Prabowo Subianto dengan kroninya itu secara langsung kemudian membuat tujuan semula dari aksi ini menjadi bias. Apalagi (jangan sampai lupa) kalau tujuan semula dari aksi ini untuk pertama kalinya dulu itu adalah untuk memenjarakan sipenista agama, Ahok, dengan tujuan agar yang bersangkutan gagal untuk mengikuti kontestasi Pilgub DKI 2017.

Jadi tujuan semula dari aksi ini adalah aksi politik! Jangan lupa pula kalau dalam aksi sebelumnya (aksi 411-2016) aksi politik ini "ketahuan belangnya." Ternyata "Balai Kota" hanya sasaran antara saja, sebab aksi itu kemudian berakhir chaos di Istana Negara! Pekikan "Penjarakan sipenista agama" dari pagi hingga sore hari, kemudian berujung, "Turunkan Jokowi ketika menjelang maghrib, pada saat jam untuk berdemo seharusnya sudah usai!"

Apalagi ketika itu presiden Jokowi tidak berada di Istana Negara. Para pendemo yang diwakili kaum ulama itu pun hanya bisa bertemu dengan Pak JK. Konon pernyataan kontroversial ustad Bahar bin Smith, maupun orang-orang lainnya mengenai "kebancian Pakde" berimbas dari aksi di depan Istana Negara pada 411 2016 lalu itu.

Jadi melihat reuni loro-siji-loro 2018 ini terlepas dari aksi politik 411-212 tahun 2016 lalu itu, tampaknya menjadi sebuah hil yang mustahal! Aksi politik ini semakin jelas terlihat ketika Prabowo kemudian tantrum mengenai soal jumlah peserta yang hadir. Menurut Prabowo sendiri ada wartawan nakal yang mengabarkan kalau jumlah peserta aksi 212 ini hanya puluhan ribu saja. Padahal jumlah yang hadir menurut beliau ada sebelas juta jiwa....

Sebagai informasi, penduduk DKI Jakarta (Data BPS DKI Jakarta tahun 2015) berjumlah 10.177.924 jiwa yang terdiri dari 5.115.357 jiwa laki-laki dan 5.062.567 jiwa perempuan. Sedangkan banci maupun penduduk berkelamin ganda tidak diketahui datanya secara pasti. (mungkin hanya ustad Bahar bin Smith saja yang tahu...)

Jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa itu menghuni luas wilayah seluas 661,5 km2. Kalau sekiranya luas area yang dipakai untuk reuni 212 kemarin (Silang Monas dan sekitarnya) itu seluas 6.61 km2 (1% dari luas seluruh wilayah DKI Jakarta) maka bisa dipastikan kita bukan hanya akan melihat "deretan rumah lapis saja, tetapi juga deretan orang berlapis keatas!"

Silang Monas pusat acara reuni 212, sumber : Eramuslim
Silang Monas pusat acara reuni 212, sumber : Eramuslim
Kehidupan selalu menampilkan dua sisi yang berbeda. Hitam dan putih. Terang dan gelap. Yin dan Yang. Jin dan Jun! Sudah terlalu banyak tulisan yang mengupas tuntas perihal aksi 212 ini, termasuk profil Prabowo, Sengkuni, kemungkinan penyusupan ISIS, kesiapan aparat dan sebagainya. Tulisan di bawah ini adalah catatan dua tahun lalu, dibuat untuk menjadi penyeimbang topik pemberitaan agar terjadi harmonisasi dan keseimbangan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.

Berbicara tentang demo pastilah berbicara tentang kepentingan. Tapi ya itu tadi, kita tidak ingin membicarakan kepentingan "orang-orang penting" yang sudah terlalu banyak dibahas oleh media, akan tetapi kita akan membahas kepentingan orang-orang yang sok penting atau orang-orang yang takut "dianggap tidak penting" dan apa yang mereka cari sebenarnya?

Karena mereka ini bukan orang penting, jelaslah kepentingan mereka juga tidak terlalu penting! Mereka juga bukanlah "Buruh demo" yang menerima upah, atau pihak yang secara langsung dirugikan. Mereka juga bahkan harus mengeluarkan sendiri biaya transpor dan makanan untuk mengikuti demo ini. Kisah mereka ini memang jarang dibahas para jurnalis, mungkin ya itu tadi, karena mereka ini bukan orang penting!

Mari kita telisik apa saja yang dicari oleh mereka ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun