Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Balada Pisang Goreng

20 November 2018   17:19 Diperbarui: 20 November 2018   17:33 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan Sandiaga Uno mengenai keberadaan tempe setipis kartu ATM kemarin itu kemudian menimbulkan kehebohan di masyarakat. Konon BIN dan segenap intel dari berbagai instansi langsung bergerak cepat untuk menelusuri keberadaan tempe setipis kartu ATM tersebut. Tak kurang dari Presiden Joko Widodo sendiri juga turun ke sebuah pasar di Bogor untuk mencari keberadaan tempe malang tersebut.

Belum lagi reda kehebohan soal tempe, kini beredar pula rumor mengenai keberadaan pisang goreng setipis kartu ATM. Ditengarai hal ini diakibatkan oleh kenaikan harga pisang yang memang berpatokan kepada kurs US dollar maupun minyak Brent itu. Artinya, ketika terjadi kenaikan kurs US dollar maupun minyak bumi, maka harga pisang otomatis akan naik juga!

Sama seperti tempe, pisang goreng ini adalah komoditas strategis di negeri ini, sehingga rawan dipolitisir. Krisis moneter pada tahun 1997-1998 lalu telah menghancurkan banyak negara di Asia termasuk Indonesia. Harga-harga makanan seperti pizza, spaghetti, burger maupun hotdog kemudian melonjak naik membuat rakyat di banyak negara semakin susah untuk dapat menikmatinya.

Namun hal itu rupanya tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat Indonesia. Itu karena makanan sehari-hari warga adalah tempe dan pisang goreng, yang ternyata kebal terhadap pengaruh George Soros dengan krisis moneternya tersebut.

Berikut adalah pernyataan beberapa tokoh penting mengenai sosok pisang goreng ini.

Mahatma Gandhi,

"Pisang goreng itu sama seperti tepung gandum dan menjadi simbol perlawanan rakyat melawan imperialisme tanpa kekerasan"

Yasser Arafat,

"Dulu simbol perlawanan saya ketika menghadapi zionis Israel adalah Senjata AK47 ditangan kanan dan daun Zaitun ditangan kiri. Setelah berkunjung ke Indonesia, simbol perlawanan itu kemudian berubah menjadi pisang goreng"

Moshe Dayan, militer dan mantan PM Israel (matanya cuma satu)

"Penyebab perang Israel-Palestina dulu itu sebenarnya sepele saja. Ketika itu Yasser Arafat menawarkan saya untuk makan pisang goreng sambil melakukan perundingan empat mata..."

Moshe Dayan, sumber : gacetamercantil.com
Moshe Dayan, sumber : gacetamercantil.com
Berti Van Dijk, tentara KNIL Belanda,

"Kita orang tidak punya susah itu tangkap inlander pemberontak. Itu karena dia orang suka pegang bambu runcing sambil makan pisang goreng"

Gus Dur,

"Pisang goreng itu adalah makanan rakyat jelata sampai presiden. Ya mbok gak usah di politisir kemana-mana gitu loh. Gitu aja koq repot"

Setia Nopanto, dalam kasus Papa minta saham.

"Tadinya Pisang goreng itu mau kita amandemen, trus kita ajukan ke Istana supaya dibuat perpu dalam bentuk saham gitu. Yah saya minta 10% aja, gitu hehehe.."

Ruhut Sitompul, dalam kasus Firza Hot...

Memang bapak presiden yang saya hormati itu benar-benar hebat, ini macam! Bukan kayak kawan kita itu, mau semua pulak dipegangnya. Terpegangnya pulak pisang goreng, padahal panas barang tuh, hahaha.."

Luis Milla, mantan pelatih Timnas Garuda

"Gol itu tidak selalu dari situasi "open-play," tapi bisa juga dari bola mati, misalnya tendangan bebas! Maka banyak-banyaklah makan pisang goreng, supaya tendangan kamu bisa seperti tendangan pisang!"

F Silaban, arsitek Masjid Istiqlal

"Kalau kita proyeksikan pisang goreng tersebut, maka kita akan mendapat gambaran yang berbeda dari tampak depan, samping dan atas tanpa mengurangi rasa dan makna hakiki dari pisang goreng tersebut"

Om Wowo, ketika mendengar mpok penjual pisang goreng digebukin begal.

Kasihan betul mpok pisang goreng itu digebukin begal-begal tanpa belas kasihan. Sementara itu negara tidak hadir untuk membelanya. Lantas mau kemana lagi orang mencari keadilan di negeri ini...

Om Wowo, ketika melihat menu pisang goreng di sebuah coffe-shop hotel di Boyolali .

"Pisang goreng itu sungguh tidak pantes dijadikan menu di sebuah hotel. Coba saja lihat ingredients-nya, malu-maluin banget. Mau dibawa kemana negara ini kalau begini...norak baget!"

JKW

"Saya heran melihat orang mempolitisir tempe-lah, pisang goreng-lah, infrastruktur-lah, sebab semuanya itu memang penting. Ya sudah begini saja. Kalau masih ada yang sewot ya sudah, tak kasih tebak-tebakan berhadiah sepeda. Ini baru ya bukan bekas. Yang penting beri lima jawaban dengan benar. Tapi saya gak mau tebak-tebakan nama-nama ikan lagi ya..."

Sendi, dalam safari kampanyenya mengunjungi emak-emak bahenol di pasar

Harga-harga semakin mahal saja sementara hutang semakin bertambah. Tempe dan pisang goreng pun kini setipis kartu ATM. Kalau nanti saya terpilih, maka saya akan menggratiskan tempe dan pisang goreng, termasuk mas penjualnya, qiqiqiqi...

Ratna S, ketika diwawancarai oleh tipi oon.

Pisang goreng itu bukan hoaks, justru saya sendiri yang tukang hoaks. Jadi lebih baik percaya kepada pisang goreng daripada percaya kepada saya...

Novel Fitsa Hats, dalam kesaksian kasus #Baladacintabibib

Kisah Firzahot itu berawal dari kebun pisang. Rencananya ketika itu Bibib hendak membuat pisang goreng. Berhubung sudah gelap dan lupa membawa minyak gorengnya..sensor.. Firza teriak, "Kak Ema, Bibib nakal..."

 BMKG, dalam siaran pers menghadapi musim pancaroba

"Jabodetabek dilanda hujan, rawan petir dan pohon tumbang. Enaknya itu memang ngopi sambil makan pisang goreng saja di rumah. Yang di jalan harap hati-hati. Yang di hati, kapan lagi kita jalan-jalan..."

Polda Metro, siaran pers mengenai izin demo

"Pisang goreng itu tidak berbahaya asal prosedural! Tetapi kalau mengancam stabilitas, pasti langsung kita amankan! Itu saja"

I Gusti Gede Anune, Perupa dari Singaraja

"Di Singaraja, biasanya pisang goreng itu kami ukir dulu sebelum dimakan..."

Mukidi, terpidana mati kasus kanibalisme

"Awalnya saya suka melihat cincin di jari tangan mas Slamet penjual pisang goreng itu. Seminggu kemudian mas Slamet tak kasih miras oplosan. Setelah dia teler, lalu jari tangannya tak goreng..."

Ucok, sopir angkot dari Medan

"Pisang goreng? Ya enaknya dicampur tuak lah bang!"

Aditya Anggara,

"Pisang goreng itu seperti cinta. Seribu kata tak cukup 'tuk mengungkap rahasianya. Dia hanya bisa dirasa dan dinikmati. Lezatnya terasa di lidah, materinya tinggal diperut dan sensasinya singgah dihati..."

Aditya Anggara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun