Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Derby Manchester, Mourinho Kalah Nasib

13 November 2018   15:19 Diperbarui: 13 November 2018   15:24 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mou sedih, kasihan... Sumber : medium.com

Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Drama come-back ala Mourinho dan Fergie yang sudah lama tersohor itu kemudian urung terjadi pada laga derby Manchester kemarin. MU kemudian bertekuk lutut dihadapan fans tetangga yang berisik itu...

Banyak dari penggemar sepak bola yang kemudian mengejek penampilan anak-anak asuhan Mourinho ini. Akan tetapi tidak bagi saya! Ini untuk pertama kalinya saya memuji taktik "genderuwo" ala Mourinho ini. Taktik ini sungguh "busuk" dan tidak enak ditonton, tetapi sangat efektif. Sayang peruntungan Mou seperti ketika bertarung di Turin kemarin itu tidak terulang lagi...

Kebanyakan orang menganggap Mou datang ke Etihad itu untuk bermain seri, padahal sebenarnya tidak! Mou butuh tiga angka dari City untuk tiga hal. Pertama untuk menaikkan posisi MU ke papan atas klasemen. Kedua, untuk menjaga marwah dirinya di jajaran papan atas pelatih top. Ketiga, agar lambenya itu bisa tetap nyaring terdengar. Artinya, MU boleh kalah dari tim memble, tetapi tidak dari tim kecetop six!

Secara kualitas skuat City dan MU ini sebenarnya seimbang. Kedua tim ini memiliki kedalaman skuat yang mumpuni, berkelas dan tentu saja mahal. MU juga bisa bermain atraktif dan menyerang, seperti yang mereka perlihatkan sejak pertengahan babak kedua kemarin itu. Akan tetapi pendekatan pragmatis ala Mou itulah yang justru membuat attacking football MU itu seperti tertahan...

Mou sebenarnya punya dua opsi ketika bertandang ke Etihad. Bermain menyerang atau bertahan rapat dengan mengandalkan serangan balik. Bermain menyerang itu mengandung dua konsekwensi. Menang atau kalah dengan hasil babak belur.

Ketika menukangi Madrid dulu, Mou punya pengalaman buruk ketika bermain terbuka. Barcelona yang diasuh Pep kala itu berhasil meremukkan Madrid dengan skor telak 5-0! Sejak itu Mou belajar satu hal penting, jangan pernah bermain terbuka dan adu cepat dengan Pep kalau tidak ingin tergilas!

Hanya tim berkarakter menyerang seperti Liverpool yang bisa bermain adu cepat dengan City. Dan hasilnya bisa ditebak, salah satu dari mereka itu akan babak belur. Yang lebih cepat dan beruntung kemudian akan tertawa, sedangkan yang kalah tetap bisa menegakkan kepala dengan rasa puas ketika meninggalkan lapangan. Dan kedua tim ini masing-masing sudah pernah mengalaminya.

Dibenak Pep (dan juga Klopp) itu hanya ada satu pendekatan dalam sepak bola yaitu attacking football! Ketika menyerang, tentu saja tim akan rawan terhadap serangan balik lawan. Cara Pep mengatasinya adalah dengan membeli bek-bek terbaik dunia! City paling banyak membelanjakan dananya di sektor belakang! Harga rata-rata seorang bek City itu nyaris satu trilyun rupiah! Itu karena Pep tidak pintar mengajari pemainnya cara bertahan...

Sebaliknya Pep sangat jenius untuk melatih pemain yang biasa-biasa saja untuk bermain lebih atraktif. Lihatlah banderol para pemain tengah dan penyerang City. kalau ditotal semuanya, nilainya tetap akan lebih murah dari pada nilai total pemain belakang. Tetapi coba lihat jumlah gol dan attempt yang mereka buat, dan bandingkan dengan Morata dan Lukaku misalnya...

Mourinho sangat paham akan filosofi dari Pep ini dan ingin menirunya. Tapi Mou sial, petinggi MU menolak untuk membelikan Mou bek bernilai mahal. Hal mana membuat Mou menjadi berang. Sektor belakang memang menjadi kelemahan utama MU. Kekuatan MU itu ada ditengah. Tapi karena lini tengah terlalu berkonsentrasi membantu pertahanan, maka suplay bola ke depan menjadi berkurang. Akhirnya Martial, Sanchez, Rashford dan Lukaku terlihat "sontoloyo..."

***

Mou adalah pelatih yang sangat taktikal. Bermain secara normal menghadapi City pasti MU akan kalah mudah. Oleh karena itu Mou mencoba pendekatan pragmatis. Babak pertama MU akan bermain super defensif dengan membiarkan lini tengah dikuasai oleh City. Akan tetapi sepertiga lapangan MU akan dijaga serapat mungkin.

Babak pertama MU bermain dengan pola 4-5-1 dengan membiarkan Martial sendirian di depan. Sementara Rashford dan Lingard sedikit turun untuk membantu Fellaini mengcover lini tengah. 15 menit pertama sangat kacau bagi MU. Sterling, David Silva dan Bernardo Silva pergerakannya sangat cepat dan sering melakukan rotasi posisi diantara mereka, membuat pemain belakang MU kesulitan menjaganya.

Sementara itu Aguero justru sedikit agak mundur, membuat Smalling naik untuk menjaga pergerakan Aguero. Hal itu tentu saja membuat Lindelof di jantung pertahanan MU kelabakan! Hal itu terbukti kemudian. Dari sisi kanan pertahanan MU, Sterling dengan tenangnya mengirim bola ke tiang jauh, dan langsung ditendang balik Bernardo Silva ke tengah untuk kemudian di eksekusi David dengan tenangnya, gol! 1-0.

Namun setelah itu MU kemudian bisa mengendalikan situasi. Tak ada lagi gol hingga akhir babak pertama, terutama berkat kepiawaian De Gea. Hasil babak pertama itu tidak membuat Mou gelisah. Setidaknya pemain belakang MU bisa membuat penyerang City mulai frustasi dan kelelahan. Tak ada satupun percobaan ke gawang Ederson sepanjang babak pertama, membuatnya terlena...

Awal babak kedua menjadi petaka bagi MU. Tendangan keras Aguero dari sudut sangat sempit kemudian berbuah gol kedua bagi City. Pemain City kini semakin bersemangat. Bek kiri Mendy dan bek kanan Walker semakin sering menjelajahi area kotak penalti MU! Tampaknya City akan menghabisi MU. Lalu Mou merobah strategi permainan, seperti yang sudah direncanakannya semula...

Menit ke-56 Lukaku masuk menggantikan Lingard. Kini MU mulai menerapkan direct football langsung ke Lukaku. Strategi ini terbukti jitu, dan kemudian berbuah penalti. Martial kemudian berhasil mengeksekusinya, 2-1. Direct football ala Mou membuat para pemain belakang City plus Fernandinho tertahan di belakang. Kini lini tengah menjadi milik MU dan para penyerang City terisolir di depan.

Pep kemudian memasukkan Leroy Sane untuk menggantikan Mahrez yang bermain biasa saja. Sane kemudian menempati pos lamanya, sayap kiri. Sterling kemudian bergeser ke sayap kanan. Akan tetapi masuknya Sane tidak begitu berpengaruh karena ia pun tampil biasa saja. Gol yang dibuat Martial tadi membuat para pemain MU semakin bersemangat untuk membuat laga comeback....

Pep mulai was-was melihat para pemain belakangnya yang mulai bermain gugup. Menit ke-73 Mou memasukkan Mata dan Sanchez untuk menggantikan Herrera dan Rashford. Sayang Pogba cedera. Kalau Pogba bermain sejak awal, maka Mou akan memasukkan Fellaini untuk menggantikan Pogba. Lukaku untuk menggantikan Lingard dan Mata untuk menggantikan Herrera.

Inilah "plan B" Mou untuk mencuri tiga angka dari City ketika lawannya itu sudah mulai kelelahan dan frustasi. Kombinasi Mata yang lincah dengan Fellaini yang tinggi (194 cm) plus direct football ke Lukaku membuat Juventus merana hanya dalam tiga menit saja! Apalagi MU pintar memanfaatkan bola-bola mati. Tendangan bebas Mata sangat berbahaya. Belum lagi sundulan kepala Lukaku dan Fellaini, plus kecerdikan dan kecepatan dari Martial...

Tapi Pep juga tak kalah cerdik. Pep kemudian memasukkan gelandang Gundogan untuk menggantikan Aguero. Pep bahkan perlu secara khusus "menenangkan" Aguero demi mengamankan keunggulan City. Ketika dua tim hebat bertemu, maka mental kemudian menjadi pembeda. Masuknya Gundogan membuat Fernandinho lebih pede menggalang pertahanan.

Keluarnya Aguero tidak lantas membuat lini serang City mengendur sebab Sterling sukses berperan sebagai penyerang. Sepanjang laga Aguero juga bermain sebagai striker false nine (mirip dengan peran Firmino di Liverpool) Satu pujian layak diberikan kepada Aguero (top skorer EPL) yang mau menundukkan egonya demi kepentingan tim. Aguero sukses untuk menarik penjaganya (Smalling) agar bermain lebih ke depan demi membuka celah bagi rekannya.

Akhirnya petaka kemudian menimpa MU pada menit ke-85! 44 sentuhan sebelum proses terjadinya gol ketiga Gundogan tersebut membuktikan kekuatan tiki-taka ala Pep dan juga pulihnya kembali kekuatan mental para pemain City. Gol ketiga membuat City kemudian bermain lepas. Phil Foden yang turun menggantikan David Silva juga bermain pede untuk menjalankan peran seniornya tersebut.

Mou sedih, kasihan... Sumber : medium.com
Mou sedih, kasihan... Sumber : medium.com
Adakah yang salah dengan pendekatan pragmatis ala Mourinho ini? Sama sekali tidak! Ketika bertemu dengan tim cepat, anda harus berlari lebih cepat agar bisa mengalahkannya. Kalau tim anda tak bisa bermain lebih cepat, maka paksalah lawan anda itu untuk melakukan kesalahan dan bermain lebih lambat dari tim anda...

Mou sudah mencobanya, tetapi dia kemudian gagal. Kacian deh lu Mou...

Aditya Anggara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun