Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Detektif Paidjo, Misteri Kehadiran Yusril di Kubu Jokowi

7 November 2018   01:13 Diperbarui: 7 November 2018   01:20 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yusril makan siang disebuah warteg, sumber : re-daksi.blogspot.com

Ditengah derasnya isu miring yang menimpa putra/putri Boyolali saat ini, sebuah isu politik tiba-tiba muncul dan menghebohkan warganet. Ternyata mantan capres gagal, Yusril mendadak berubah haluan politik. Orang nomor satu PBB (Partai Bulan Bintang) itu kini resmi bergabung menjadi pengacara Jokowi-Mruf, melengkapi kehadiran beberapa orang yang tadinya berseberangan, untuk kemudian bergabung menjadi tim inti dari Paslon Jokowi-Mruf.

Sebenarnya Paidjo bukanlah orang yang tertarik kepada dunia politik, dunia yang penuh dengan "tepu-tepu," konspirasi, "PHP" dan perselingkuhan itu. Walaupun sering menginvestigasi perselingkuhan, tetapi perselingkuhan yang digeluti Paidjo ini adalah perselingkuhan diantara manusia berlainan jenis.

Pernah sekali Paidjo mendapat job untuk menginvestigasi perselingkuhan diantara sesama jenis. Ketika menyerahkan laporan berikut foto-foto investigasi kepada klien yang ternyata seorang petinggi militer itu, jiwa kelaki-lakian Paidjo kemudian terguncang!

Klien yang tinggi tegap itu kemudian menangis sesunggukan dipelukan Paidjo. Kumis tebal klien itu kemudian menyapu leher Paidjo, membuatnya merinding. Pistol yang terselip di bawah udel klien itu juga membuat Paidjo mati ketakutan. Sejak itu Paidjo menolak job untuk menginvestigasi perselingkuhan diantara mahluk sesama jenis...

Ini adalah job pertama Paidjo untuk investigasi dunia politik. Tugasnya adalah memberikan opini terkait hijrahnya Yusril ke kubu Jokowi. kliennya ini adalah pengusaha kacang dari Boyolali yang kemarin itu sukses mensponsori perhelatan Piala Dunia 2018 dan juga beberapa Pilkada. Pengusaha kacang ini tertarik untuk mensponsori perhelatan Pileg sekaligus Pilpres 2019, jadi mereka itu perlu referensi politik tanah air yang tepat dari orang yang tepat pula.

Kontrak dengan klien ini kemudian disetujui di The Ritz Charlton, Mega Kuningan dalam sebuah acara dinner. Kalau di Medan ada Pujakesuma (Putra Jawa kelahiran Sumatera) maka Paidjo ini adalah seorang Pujakebo (Putra Jawa kelahiran Boyolali) Awalnya Paidjo takut masuk ke hotel berbintang lima tersebut. Akan tetapi karena klien ini putra Boyolali juga, maka akhirnya Paidjo berani juga masuk. Eh ternyata pemiliknya orang Boyolali juga...

***

Siang itu Paidjo duduk termenung sambil sesekali mengunyah kacang yang berada di atas meja kerjanya. Tumpukan buku dan kliping dari berbagai harian mengenai sepak terjang Yusril selama ini sudah habis dibacanya, dan sudah diketiknya pula dalam sebuah laporan di laptopnya.

Tangan Paidjo kemudian menari-nari di atas meja untuk mencari kacang yang masih berisi diantara tumpukan kulit kacang yang berserakan. Hasilnya nihil. kacang-kacang itu ternyata sudah lupa akan kulitnya...

Paidjo kemudian menuliskan dalam preliminary report-nya. Saya mencoba untuk membandingkan sosok tokoh Yusril ini dengan kacang... Basically, Yusril ini sejak dulu adalah ahli hukum sekaligus juga orang pemerintahan. Memulai karir sebagai penulis pidato Presiden Soeharto, hingga menteri pada zaman Gus Dur, Megawati dan SBY. Ketika itu nama Yusril harum karena menjadi orang kepercayaan presiden.

Tetapi kemudian, Yusril berbalik untuk kemudian berseberangan dengan pemerintah. Beberapa kali "pak beye harus nelongso karena dikacangin" oleh Yusril. Itu karena gugatan Yusril terhadap pemerintah kemudian dimenangkan oleh MK (Mahkama Konstitusi) hal mana membuat Yusril kemudian besar kepala.

Setelah berperan sebagai aktor utama dalam film Laksamana Cheng Ho, Yusril kemudian ikutan nyapres, namun kemudian berakhir sendu. Dunia nyata ternyata tidak seindah dunia film, dimana sang jagoan itu tidak pernah dan tidak boleh kalah. Namun kenyataannya peruntungan Yusril menjadi presiden kandas ibarat kacang yang masuk angin...

Walaupun pernah tiga kali menjabat menteri pada pemerintahan tiga presiden yang berbeda, ternyata target untuk menjadi presiden itu rada ketinggian duga Yusril ketika itu. Lalu target kemudian diturunkan. Kini Yusril akan bertarung pada Pilgub DKI, berhadapan dengan teman sekampung dulu...

Yusril kemudian curi start dengan keluar masuk pasar, blusukan menjumpai warga. Biasanya dalam kesehariannya, Yusril ini memakai setelan jas jahitan Hongkong. Tetapi demi image, beliau ini rela memakai celpen (celana pendek) plus kaos Mickey Mouse. Pernah sekali Yusril "ketahuan" makan soto di warteg. Bukannya mendukung, warga malahan berdoa agar Yusril ini tidak sampai menderita diare, typus ataupun keracunan ketika makan di warung makanan khas Boyolali itu...

Yusril makan siang disebuah warteg, sumber : re-daksi.blogspot.com
Yusril makan siang disebuah warteg, sumber : re-daksi.blogspot.com
Namun sekali lagi langkah Yusril ini kandas. Di Kampung Akuarium, Bidara Cina dan beberapa tempat lainnya Yusril kemudian mendapat simpati warga. Namun langkahnya itu menjadi sia-sia karena tidak ada satupun parpol yang mendukungnya untuk nyagub. Sekali lagi Yusril kena PHP dari parpol. Sekali lagi Yusril terhempas bak kulit kacang tersapu ombak pantai...

Setelah lama merenung, Yusril akhirnya menarik sebuah kesimpulan. Sama seperti kacang yang tak boleh lupa akan kulitnya, maka Yusril pun kemudian kembali kepada dunia yang membesarkannya, yaitu sebagai Penasehat Hukum yang dekat dengan pemerintahan. Apalagi spesialisasi Yusril itu adalah Hukum Tata Negara!

Sama seperti perahu yang berlayar menuju pelabuhan, Yusril pun kemudian merubah haluan kapalnya menuju pelabuhan yang pasti, aman dan menyenangkan baginya...

"Kalau engkau tidak dapat mengalahkan lawanmu, mengapa engkau tidak menjadikannya sebagai temanmu?" Demikianlah pepatah bijak dari nenek moyang. Yusril ini sudah lama menjadi "pasir dalam sepatu" yang cukup merepotkan pemerintah sejak era pak beye masih berdendang di Istana Negara.

Ketika kemudian Yusril berkeinginan untuk bergabung menjadi teman, sama seperti Ngabalin dan teman-teman lainnya itu, tidak ada satu alasan pun untuk menolaknya. Sebab ada petuah nenek moyang, "Seribu teman itu terlalu sedikit, satu musuh itu terlalu banyak" Demikianlah Paidjo menutup opini laporan penutupnya untuk juragan kacang tersebut....

Aditya Anggara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun