Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Detektif Paidjo, Misteri Kutang Biru

24 Oktober 2018   16:29 Diperbarui: 24 Oktober 2018   16:37 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar bra, sumber : Liputan6.com

Pagi hari ini cuaca Jakarta terasa sejuk. Hujan deras yang mengguyur sejak kemarin ternyata mampu menurunkan temperatur hingga beberapa derajat Celsius. Paidjo sudah nyaris tertidur di kursi kerjanya ketika telfon berbunyi. Paidjo segera meraih telfon yang terletak diatas meja kerja itu.

"Selamat pagi, dengan kantor detektif Paidjo & asociates..." jawab Paidjo mantap.

"Selamat pagi pak Paidjo, apakah bapak ada waktu pagi ini? saya ingin konsultasi dengan bapak.."

Paidjo lalu menatap ruang kantornya yang kosong melompong itu. "Hmmm.. pagi ini saya sangat sibuk, ada beberapa klien menunggu. Mungkin siang, atau sore barangkali ya..."

"Terima kasih pak Paidjo, kalau begitu nanti bapak saya hubungi lagi.."

***

Siang itu Paidjo baru saja selesai makan siang disebuah restoran dengan kliennya tadi. Singkat cerita klien Paidjo tadi bernama Sulastri, yang kemudian menemukan sebuah kutang berwarna biru di tas suaminya. Sulastri tidak ingin suudzon, untuk itu dia meminta jasa Paidjo untuk melakukan investigasi terhadap asal usul dari kutang tersebut...

Sore hari itu Paidjo tampak serius mengamati kutang biru pemberian Sulastri tadi. Kutang itu tampak biasa saja, seperti kebanyakan kutang yang dijual di Pasar Inpres Jelambar ini. Oh iya, kantor Paidjo memang kebetulan berada di Pasar Jelambar, menyatu dengan kantor koperasi simpan pinjam, sedot WC dan juga cleaning service...

Sebelumnya Paidjo sudah menjelajahi seluruh Pasar Jelambar, tetapi dia belum menemukan kutang yang sama persis seperti kutang biru itu. Paidjo memang bukan ahli perkutangan. Paidjo itu ahli investigasi, terutama dalam hal mencari tahu "orang ketiga" atau selingkuhan dari suami/isteri. Menyelidiki latar belakang pasangan, dan termasuk juga mencari tahu besaran gaji suami yang sebenarnya!

Sudah seminggu ini Paidjo menyelidiki kutang biru tersebut tetapi hasilnya masih nihil. Kini Paidjo mulai frustasi. Pagi itu Paidjo kebetulan membeli rokok ketengan pada seorang pedagang asongan. Ketika itu Paidjo mendengar percakapan supir angkot bernama Ucok dengan temannya soal adanya "Orang pinter" di Kalideres.

"Bawa aku kesana bang" kata Paidjo kepada Ucok.

"Serius om, ayo, kalo mau, kubawa om kesana sekarang juga" kata sang supir sambil tersenyum.

Satu jam kemudian, mereka sudah sampai di TKP. Sayup-sayup terdengar alunan musik lembut khas Sunda. Tak lama menunggu di ruang tamu, seorang WSB (Wanita Separuh Baya) kemudian memberikan sarung kepada Paidjo sambil berkata, "ganti atuh pakaiannya akang, disana ya.."

Paidjo kemudian menerimanya. Tetapi dalam hatinya membatin, "Mosok nanya aja harus pake sarung segala..."

Tak lama kemudian Paidjo sudah berada di dalam kamar bersama seorang nenek tua. Tampaknya nenek tua itu tidak bisa berbahasa Indonesia. Paidjo lalu disuruh "ngangkang". Sebentar saja nenek itu sudah meraba paha Paidjo. "Waduh, apa-apan ini.." teriak Paidjo ketakutan sambil berdiri!

Singkat cerita, nenek tua tersebut ternyata adalah ahli urut dari Sukabumi, turunan langsung dari Mak Erot!

"Abang pulak, bawa aku kesana abang bilang tadi..." kata supir angkot itu ketus.

"Lah katanya tadi orang pinter. kalo soal panjang, jempol saya pun sudah panjang bang dari sononya..." kata Paidjo sambil tertawa.

***

Gambar bra, sumber : Liputan6.com
Gambar bra, sumber : Liputan6.com
Pucuk dicinta kelambu tiba! Investigasi kutang biru yang nyaris mustahil itu kini terkuak secara tidak sengaja! Suatu hari Paidjo kedatangan seorang klien bernama Bima yang ternyata adalah suami dari ibu Sulastri, klien Paidjo juga.

Perihal kedatangan Bima adalah karena dia kehilangan sebuah kutang berwarna biru yang tercecer entah dimana. Sontak Paidjo bersiaga! Sambil memberikan gambar seorang model yang mengenakan kutang yang mirip benar dengan kutang biru tersebut, Bima lalu menceritakan bahwa kutang tersebut bukan untuknya, melainkan untuk isterinya...

Paidjo kemudian bernafas lega, lalu mendengarkan penuturan Bima selanjutnya.

Singkat cerita, Bima yang penggila drakor (drama Korea) ini adalah fans dari Song Hye Kyo, artis terkenal drakor itu. Bima lalu menunjukkan foto-foto Song Hye Kyo dengan kutang biru yang di-endorsnya. Rupanya Bima ingin membelikan selusin kutang biru tersebut untuk istrinya. Jadi kalau dia melihat bininya pakai kutang itu, dia serasa menatap Song Hye Kyo aslinya.... Alamak!

Dengan sedih, Bima lalu menjelaskan kalau dianya sempat memiliki sebuah kutang biru bekas seperti yang diendors Song Hye Kyo tersebut, yang didapatnya dari sebuah pasar loak di kota Tanjung Balai dalam sebuah perjalanan dinas. Namun sample kutang tersebut kemudian lenyap tak berbekas. Nah tugas Paidjo adalah mendatangkan selusin kutang biru yang baru baginya.

Paidjo sudah nyaris menarik laci mejanya untuk menunjukkan sample kutang biru tersebut, namun ia mengurungkannya. Kini wajah Paidjo tersenyum sumringah. Kalau ini memang adalah tugasnya. Tidak percuma dia satu alumni dengan Kojak, Barnaby Jones, Sherlock Holmes maupun detektif-detektif terkenal di televisi itu. Sebagai catatan, Paidjo sudah resmi mengundurkan diri dari alumni loro sidji loro alias alumni 212...

***

Siang itu Paidjo duduk santai sambil menikmati kopi hitam plus sigaret kreteknya. Tak lama kemudian seorang kurir masuk membawa sebuah paket. Wajah kurir itu mirip benar dengan Ucok, sopir angkot yang membawa Paidjo ke "orang pinter" minggu lalu itu. "Bang Paidjo ya?" kata kurir itu ragu.

"Eh abang mirip bener dengan Ucok. Abang si Ucok kan?" kata Paidjo sambil tertawa.

"Iya bang, aku Ucok. Minggu lalu aku resign dari sopir angkot. Sudah dua hari ini aku kerja di kurir bang. Nah abang tanda tangan disini ya.." kata Ucok sambil menyerahkan paketnya.

Ucok masih berdiri saja ketika Paidjo membuka bungkusan paket tersebut. "Bah, ngapain abang berdiri disitu? Ongkirnya gratis kan... ya sudah, nih...!" kata Paidjo sambil memberikan selembar sepuluh ribuan.

"Koyak ujungnya bang..." kata Ucok sambil menunjukkan sepuluh ribuan tadi.

"Ah kan bisa abang lem. Ya udah deh, nih gantinya..." kata Paidjo sambil memberikan dua lembar lima ribuan. Setelah menerimanya, kurir itu segera pergi dengan cepat.

"Hei, mana sepuluh ribuan koyak tadi!" teriak Paidjo sambil tertawa.

Kini semuanya bisa tertawa dan happy. Bima sudah menerima selusin kutang birunya, asli dari Korea. Kini Bima dan nyonya sedang honey-moon jilid II ke Karimun Jawa...

Paket yang diterima Paidjo tadipun ternyata isinya sama benar dengan paket yang diterima Bima. Ternyata Paidjo juga penggemar drakor dan Song Hye Kyo! Paidjo juga punya keinginan yang sama dengan Bima. Paidjo kemudian membelikan juga selusin kutang biru, asli dari Korea buat bininya. Paidjo juga ingin serasa menatap Song Hye Kyo aslinya.... Alamak!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun