"Serius om, ayo, kalo mau, kubawa om kesana sekarang juga" kata sang supir sambil tersenyum.
Satu jam kemudian, mereka sudah sampai di TKP. Sayup-sayup terdengar alunan musik lembut khas Sunda. Tak lama menunggu di ruang tamu, seorang WSB (Wanita Separuh Baya) kemudian memberikan sarung kepada Paidjo sambil berkata, "ganti atuh pakaiannya akang, disana ya.."
Paidjo kemudian menerimanya. Tetapi dalam hatinya membatin, "Mosok nanya aja harus pake sarung segala..."
Tak lama kemudian Paidjo sudah berada di dalam kamar bersama seorang nenek tua. Tampaknya nenek tua itu tidak bisa berbahasa Indonesia. Paidjo lalu disuruh "ngangkang". Sebentar saja nenek itu sudah meraba paha Paidjo. "Waduh, apa-apan ini.." teriak Paidjo ketakutan sambil berdiri!
Singkat cerita, nenek tua tersebut ternyata adalah ahli urut dari Sukabumi, turunan langsung dari Mak Erot!
"Abang pulak, bawa aku kesana abang bilang tadi..." kata supir angkot itu ketus.
"Lah katanya tadi orang pinter. kalo soal panjang, jempol saya pun sudah panjang bang dari sononya..." kata Paidjo sambil tertawa.
***
Perihal kedatangan Bima adalah karena dia kehilangan sebuah kutang berwarna biru yang tercecer entah dimana. Sontak Paidjo bersiaga! Sambil memberikan gambar seorang model yang mengenakan kutang yang mirip benar dengan kutang biru tersebut, Bima lalu menceritakan bahwa kutang tersebut bukan untuknya, melainkan untuk isterinya...
Paidjo kemudian bernafas lega, lalu mendengarkan penuturan Bima selanjutnya.