Ketiga Kemdag
Mendag itu memang paling pas dijadikan kambing hitam karena semua impor komoditas melalui Kemendag. Padahal dalam hal impor beras ini, yang punya "hajat" itu sebenarnya adalah Bulog!
Mendag kemudian membuat HET beras. Ketika harga beras di pasar melewati HET (itu artinya beras di gudang Bulog kosong) maka Bulog meminta beras kepada Mentan. Karena Kementan tidak punya beras, maka Bulog kemudian meminta izin impor kepada Mendag. Izin impor itu hanya akan diteken Mendag kalau ada rekomendasi dari Mentan!
Artinya tanpa tanda tangan Dirut Bulog dan Mentan, izin impor beras tidak akan pernah dikeluarkan oleh Mendag. Demikianlah prosedurnya! Kabulog yang dulu itu bingung, "biji mana nih gan?" Kata Kementan produksi beras cukup, padahal di gudang Bulog stok sudah menipis, dan otomatis harga di pasar sudah naik. Ketika harga beras sudah melonjak, barulah keluar rekomendasi dari Kementan.
Setelah izin impor dari Mendag keluar, butuh waktu lagi bagi Bulog agar beras tersebut tiba selamat di tanah air. Ketika Bulog dimaki karena keterlambatan pengadaan beras, maka jawaban dari Bulog adalah, "Izin dari Kemdag telat keluarnya..." Aseekkkk... Kini Bulog kekurangan gudang, yang dimaki Kemdag juga, Aseekkkk...
Keempat Kemenko Perekonomian
Setelah gejolak harga tahun lalu itu, Menko Perekonomian Darmin Nasution kemudian ikut terlibat dalam urusan beras ini. Itu karena data proyeksi produksi Kementan itu selalu meleset! Dalam Rakor Menko Perekonomian bersama Mentan, Kabulog, Kepala BPS dan Kemdag diputuskan untuk mengimpor dua juta ton beras dalam beberapa tahap.
Gudang Bulog kini penuh karena 1,4 juta ton beras impor sebagai bagian dari impor Rakor Menko Perekonomian awal tahun kemarin itu sudah masuk. Masuknya beras impor ini jelas membuat keseimbangan harga di pasar. Jadi kegaduhan ini bukan terletak pada impor beras (karena sudah disepakati bersama) melainkan pada ketidak tersediaan gudang Bulog itu sendiri... ya elah...
Salam satu jari!
Referensi,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H