Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Money

Polemik antara Dirut Bulog dengan Mendag

21 September 2018   22:04 Diperbarui: 22 September 2018   13:09 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dirut Bulog, Budi Waseso (sumber : bangka.tribunnews.com)

Lahan pertanian juga menyusut drastis 30 tahun terakhir ini. Pembangunan pabrik, perumahan dan infrastruktur telah mengurangi jumlah areal persawahan lebih dari separuh! Petani kemudian hijrah ke kota untuk bermetamorfosis menjadi kuli, buruh pabrik, pedagang, sopir ojek maupun buruh demo freelance.

Zaman Pak Harto, bendungan dan saluran irigasi banyak dibangun, plus gudang Bulog di setiap kecamatan. Tapi jangan keburu bilang, "Piye kabare, enak zamanku tho.." karena akan kujawab, "Matamu!" Beban pembayaran cicilan hutang plus bunga sekarang ini berasal dari situ tauk, karena semua proyek-proyek itu beserta komisinya dihutangi oleh IBRD, OECF maupun World Bank!

Dengan kata lain, sejak dimulainya era reformasi, support dari bendungan dan saluran irigasi untuk menopang swasembada kemudian berkurang. Hal itu bisa dimaklumi karena ketika itu negara sedang mengalami krisis keuangan. Kini barulah bendungan dan saluran irigasi direvitalisasi kembali. Jadi sekarang ini kita memang belum mungkin mencapai swasembada.

"Namun lain dibibir lain dihati.." Mentan selalu berkata produksi padi surplus dan kita telah swasembada lagi. Akibatnya keran impor ditutup. Tapi apa yang kemudian terjadi? Harga beras meroket naik! Pemakan beras menjerit! Tetapi petani juga menjerit! Lha, koq bisa?

Itu karena petani tidak punya gabah untuk dijual! Bagaimana punya gabah kalau tidak punya tanah dan air irigasi? Ternyata mereka ini bukan petani, melainkan kuli tani yang bekerja di sawah orang kota. Kini kuli tani ini terpaksa menjual kambing untuk membeli beras, karena sawah yang disewanya itu gagal panen. Ironi sekali bukan? Tikus mati dilumbung padi...

Dua tahun lalu ketika harga beras meroket, Kemdag kemudian menjadi sasaran tembak (termasuk oleh saya dulunya!) Saya merasa ada permainan di Kemdag karena yang mengeluarkan izin impor adalah Kemdag. Kenapa Kemdag terlambat mengimpor, akibatnya harga beras kemudian membubung tinggi.

Kemudian Kementan menuduh PT. IBU mengoplos beras. Gudang PT. IBU kemudian digrebek. Tak lama kemudian gambar Mentan memegang beras Ayam Jago sambil sumringah di gudang PT. IBU menghiasi media nasional. Tapi anehnya harga beras tetap saja tinggi. Entah setan apa yang membuatnya begitu. Padahal saat itu film Pengabdi Setan belum tayang di bioskop...

 Gambar Mentan di gudang PT. IBU itu membuat saya illfeel! Sebab itu bukan ranah beliau. Seharusnya gambar Mendag memegang beras Maknyus sambil sumringah yang dipublikasikan kepada khalayak ramai. Terbukti kemudian, karena apa yang semula dituduhkan kepada PT. IBU itu sama sekali tidak bisa dibuktikan. Sebagai gantinya, Dirut PT. IBU divonis 1 tahun 4 bulan penjara.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman di gudang PT IBU (sumber : geotimes.co.id)
Menteri Pertanian Amran Sulaiman di gudang PT IBU (sumber : geotimes.co.id)
Dalam fakta persidangan terungkap PT. IBU telah memproduksi dan memperdagangkan beras Maknyuss dan Ayam Jago dengan mutu yang tidak sesuai dengan kualitas yang dicantumkan. Nah loe! Walaupun sepertinya dicari-cari, ternyata ini hanya soal dagang belaka, bukan soal petani! Lalu ngapain Mentan selfie disitu...

Artinya "Lain di rice-cooker lain di kemasan" Mutu beras PT. IBU itu dianggap majelis hakim tidak sesuai dengan data dikemasannya... Buset, penjara bakal penuh juga tuh! Dirut pabrik-pabrik kecap juga bakal masuk bui, karena mereka ini selalu ngakunya menjual kecap nomor satu...

Kedua Bulog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun