Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gonjang-ganjing PAN, PKS, Prabowo dan UAS

8 Agustus 2018   21:20 Diperbarui: 8 Agustus 2018   21:23 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batas waktu penyerahan nama Capres dan Cawapres kini tinggal menunggu hari, namun sampai kini belum ada juga pasangan yang mendaftar ke KPU.

Sebelumnya sempat ada wacana terbentuknya Poros Tengah yang dimotori oleh PKB. Namun hal itu sepertinya sulit terlaksana karena pepo kemudian berpikir bijaksana. Belum waktunya untuk menaruh sosok AHY di depan... Jadi Demokrat kembali ke opsi semula, mendukung pasangan Prabowo-AHY, dengan atau tanpa PKS!

Setelah melihat arah angin, petinggi PAN juga bertindak bijaksana dengan bergerak cepat mendatangi kedua kubu yang berseberangan itu! Hal ini dipandang perlu, agar kedua kubu tersebut dapat memaklumi, bahwa PAN sewaktu-waktu dapat bergabung kembali. Tentunya setelah mendapat mandat dari Rakernas PAN (yang kebetulan berlangsung sehari sebelum batas akhir pendaftaran Capres dan Cawapres...)

Sebelumnya santer terdengar kabar kalau Jokowi akan menyediakan "tempat khusus" bagi PAN yang akan bergabung dengan Koalisi Jokowi itu. Sinyalemen itu semakin kuat ketika Ketua PAN terlihat mendatangi Istana pada Selasa 7 Agustus 2018 kemarin.

Namun kabar bergabungnya PAN dengan Koalisi Jokowi itu dipastikan berita hoax, karena sebelumnya Om Ngabalin sudah mendamprat petinggi PAN, dan mengatakan, "Ada tidaknya PAN dalam koalisi sama sekali tidak ngefek..."

Konon kedatangan Zulkifli Hasan ke Istana itu sebenarnya adalah dalam rangka berpamitan, bahwa PAN tidak mendukung Jokowi pada Pilpres 2019 nanti...

Berita teranyar, PAN kemudian kembali duduk bersisian dengan Koalisi Gerindra-Demokrat. Sebelumnya PAN sempat mengisyaratkan akan hengkang ke rumah sebelah jika Prabowo disandingkan dengan AHY... Tapi bagi warga masyarakat, gertakan PAN ini tak ubahnya "lagu lama yang di-remix kembali, yang bertujuan untuk menaikkan nilai tawar ..."

Bagi Prabowo sendiri, gertakan PAN ini dianggap sebagai angin lalu saja. Apalagi koalisi Gerindra-Demokrat pun sudah cukup untuk membawanya ke kontestasi Pilpres 2019. Prabowo sendiri pun tampaknya kapok berjodoh dengan Cawapres dari PAN seperti periode lalu itu. Cawapresnya tidak punya jual. Akibatnya mereka terjungkal...

PAN yang kini sudah sadar akan posisinya itu, tidak lagi memaksakan kehendak, misalnya mengajukan UAS (Ustadz Abdul Somad) sebagai Cawapres Prabowo. Kini PAN pun tampak sudah "cocok" dengan sosok AHY...

***

Kalau PAN sudah menemukan tambatan hatinya kembali, maka sebaliknya dengan PKS! Partai pengusung #2019 GantiPresiden itu kini merana. "Makan tak kenyang tidur pun tak lelap.." Hati gundah gulana karena "suami tercinta direbut pelakor berusia muda..."

Memang jauh hari sebelumnya, koalisi Gerindra-PKS telah terbentuk. Namun mungkin dalam Bahasa Prabowo, petinggi PKS itu terlalu "belagu!" Sebelumnya PKS juga telah memberikan 9 nama  untuk Cawapres Prabowo, yang kemudian mengerucut menjadi 2 nama...

Prabowo terlihat ragu dengan kandidat tersebut (tentu saja karena tidak punya nilai jual) Melihat Prabowo diam saja, PKS mulai menekan Prabowo. Tentu saja hal ini adalah sikap yang wajar. Posisi Prabowo semakin terjepit, tapi dia tidak punya pilihan...

Pepo kemudian datang pada saat yang tepat! Bak Singa gurun terlatih yang sudah lama mengintai mangsanya, Singa tersebut dengan sabar sengaja menunggu mangsanya itu berlari sampai kelelahan dan putus asa... lalu singa itu kemudian datang pada saat yang tepat, Hap!!!

Gayung bersambut! Pepo datang pada saat yang tepat untuk "menepikan" PAN dan PKS. PAN marah dan ngambek, tetapi kemudian tahu jalan pulang...

PKS marah, ngamuk plus ngambek, tetapi masih gengsi untuk pulang...

Petinggi PKS kini di persimpangan jalan. Sudah sejak lama wacana Cawapres dari PKS ini digodok. Mulai dari kader terbawah hingga elite partai mindset-nya sudah terbentuk #2019 GantiPresiden. Kini PKS nyaris tidak punya nilai tawar lagi dalam koalisi Prabowo-AHY.

Para petinggi kini tidak tahu harus bersikap bagaimana. Mengambil sikap seperti PAN, rasanya tidak enak kepada kader.. "Lha kalau netral, ya sayang nasi bungkusnya...."

***

Manusia normal pastilah akan baper kalau diajukan menjadi Cawapres, termasuk juga UAS! Hal ini tentu saja sangat manusiawi. Tapi kini UAS juga merasa tidak nyaman dengan situasi terkini. Urusan UAS adalah dakwah. Cawapres adalah ranah politik yang bukan bidangnya. Sekalipun banyak pihak yang memaksanya untuk menjadi Cawapres Prabowo, tetapi UAS tahu disana banyak kepentingan terselubung...

Dari dulu UAS baik-baik saja, dan beliau nyaman dengan urusan dakwahnya. Tetapi kini tiba-tiba saja banyak orang-orang yang tak dikenalnya, berusaha memaksanya untuk menjadi Cawapres Prabowo. Kalau dalam Bahasa Sumatera, Ustadz ini menjadi "ngeri-ngeri sedap, apalagi kalau duduk bersanding dengan Prabowo..."

Situasi menjadi semakin pelik. Sedari awal UAS sudah mengatakan bahwa dia tidak ingin terjun ke dunia politik. Lalu kemudian setelah dipaksa pihak tertentu, beliau kemudian terpaksa setuju. Namun teranyar, beliau menyatakan mundur.

Dalam bahasa politik sederhana, Prabowo sudah jelas-jelas menunjukkan ketidak inginannya bersanding dengan UAS, karena dia sudah berkomitmen dengan AHY!

Entah mengapa masih saja ada "orang-orang stubborn" yang tetap berusaha memaksakan kehendak mereka sendiri dalam persoalan Cawapres Prabowo ini...

Dengan telah solidnya koalisi Prabowo-AHY ini, tentu saja Prabowo akan "lekas naik darah" kalau kepentingannya diusik terus. Mundurnya UAS ini tentu saja bisa dipahami. Dalam pandangan beliau ini, tentulah pasangan tidak akan bisa akur kalau keduanya tidak saling suka, plus itu tadi, karena faktor "ngeri-ngeri sedap itu..."

***

Lalu bagaimana kira-kira sikap Tim Koalisi Prabowo-AHY mengenai keraguan PKS ini?

Bagi mereka sih sebenarnya sederhana saja, persis seperti sikap Om Ngabalin. "Mau ikut ya monggo, mau netral juga monggo...."

Sayup-sayup Mas AHY berteriak, "#2019 GantiPresiden!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun