Strategi "Datang pada saat akhir ala Cikeas" itu jelas membuat Prabowo tak mempunyai banyak waktu untuk berpikir. Apalagi proposal itu lengkap dengan "data lapangan, strategi tempur dan suplay logistik dalam satu paket 3 in 1!" Proposal cantik seperti itu belum pernah dilihat oleh sang jenderal itu sebelumnya, membuatnya tak kuasa untuk kemudian berpaling dari "pelukan kekasih lama..."
Kedua, Pilihan pada Anies Baswedan
Mustahil rasanya Demokrat akan mendukung Anies selama AHY masih ada! Namun bagi PKS dan PAN, nama Anies jelas lebih rasional daripada nama AHY. Tetapi masalahnya Anies "Tak bermodal AKA modal dengkul"
Selain itu PKS dan PAN juga tidak akan mau keluar duit dan tenaga untuk mendukung Anies yang bukan kader mereka itu. Kalau harus keluar dana, tentu saja mereka hanya akan mendukung kader mereka sendiri...
Memang nama Anies yang terkenal dengan kebijakan out of the box-nya itu sering masuk trending topic. Walaupun lebih banyak sisi negatifnya daripada positifnya, itu menjadi publikasi bagus di medsos. Akan tetapi itu hanya berlaku di Kawasan Jakarta dan sekitarnya, yang masih terpengaruh dengan sisa residu pemilahan kelompok ala Pilgub DKI 2017 kemarin itu.
Untuk skala nasional (Sabang sampai Merauke) kebijakan Anies seperti penutupan jalan Jatibaru Tanah Abang, Penutupan Kali Item dengan waring, pemecatan/mutasi ANS DKI yang tampak gegabah, Rencana Anggaran Rp 28,99 miliar dari APBD untuk membiayai 74 anggota TGUPP dan beberapa kebijakan minor lainnya membuat pamor Anies menurun di daerah...
Tampaknya itu juga menjadi pertimbangan Prabowo untuk mengambil keputusan Cawapres ini.
***
Lantas bagi pepo sendiri, apa untungnya koalisi dengan Gerindra ini? Bukankah lebih baik kalau AHY disimpan dulu, dimatangkan untuk kemudian diusung pada 2024 nanti? Apalagi elektabilitas petahana kini sangat tinggi, dan tipis kemungkinan bagi AHY untuk menang...
Pepo memang punya pertimbangan lain, dan inilah strategi jangka Panjang Cikeas sebenarnya.
Sama seperti Pilgub DKI 2017 kemarin itu, Pilpres 2019 ini merupakan "kawah candradimuka" sekaligus sarana untuk menjual nama AHY di masyarakat. Dengan demikian, ketika 2024 nanti, nama AHY sudah sangat familiar ditelinga masyarakat, dan AHY juga sudah benar-benar siap untuk bertanding...