Mohon tunggu...
Yafet Ronaldies
Yafet Ronaldies Mohon Tunggu... Freelancer - Human Mood-an

Ordinary Writer || Digital Writer || Freelance || Hobi makan || Enjoy Cook {Linke Ideologie}

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ragam Respons Emosional Netizen Mendengar Putusan Vonis Richard Eliezer

18 Februari 2023   02:02 Diperbarui: 18 Februari 2023   02:04 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini penulis tidak terlalu detail mengupas putusan vonis Ferdy Sambo sampai pada vonis Richard Eliezer. Penulis bakalan coba tarik dari sudut pandang segi psikis emosional para netizen, hingga emak-emak pun ikut serta dalam menuangkan emosionalnya ketika mendengarkan hakim membacakan putusan vonis masing-masing terdakwa.

Penulis mencoba refresh untuk putusan vonis yang diterima oleh para terdakwa pembunuhan Alm. Joshua Hutabarat. Ferdy Sambo di vonis hakim dengan hukuman mati, Putri Candrawati 20 tahun penjara, Kuat Ma'ruf 15 tahun, Ricky Rizal 13 tahun, dan Richard Eliezer penerima Justice Collaborator dengan putusan vonis dari Majelis Hakim sebesar 1 tahun 6 bulan. Yang dimana sangat jauh dari tuntutan Jaksa sebelumnya, yang menuntut Richard Eliezer selama 12 tahun. Putusan yang diberikan oleh hakim kepada Richard sangat jauh atau turun drastis dari tuntutan jaksa.

Teriakan histeris, bahagia dari para pendukung Richard Eliezer menyambut putusan vonis sebesar 1 tahun 6 bulan menjadi eforia para kaum hawa, para media. Hingga emak-emak yang merupakan pendukung Richard Eliezer. Tidak hanya itu, bahkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, sangat disesaki para pendukung Richard Eliezer. Tidak hanya pendukung offline, netizen secara yang menyaksikan melalui media sosial dan Televisi, ikut terharu, bahkan tak sedikit yang mengeluarkan air mata kebahagiannya ketika mendengarkan vonis Richard Eliezer.

That's point, yang mau penulis sampaikan di tulisan ini adalah ragam emosional yang tiap-tiap human bisa keluarkan. Emosional tidak hanya identik dengan 'marah-marah'. Akan tetapi ada pengelompokkannya/jenis-jenis emosional yang dimiliki tiap manusia.

Beberapa ahli psikologi mengelompokkan emosi menjadi beberapa jenis, misalkan seperti:

  1. Amarah. Benci, jengkel, kesal hati, bermusuhan, kebencian, marah besar.
  2. Kesedihan. Pedih, muram, suram, melankolis, ditolak, putus asa, depresi.
  3. Takut. Cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, sangat takut, waspada, tidak tenang, panik.
  4. Kenikmatan. Bahagia, kegembiraan, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, takjub.
  5. Cinta. Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, hormat, bakti, kasmaran, kasih.

Kalau emosional yang dialami oleh para pendukung Richard Eliezer, mungkin campur aduk ya seperti nangis bahagia, riang gembira dan sebagainya. Bisa disaksikan ketika Richard Eliezer keluar dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, setelah dibacakan putusannya. Banyak sorak-sorak memanggil-manggil nama Richard Eliezer (icad, icadd, icaadd), bahkan beberapa penonton sidang memuji-muji para majelis hakim, yang memberikan vonis kepada Richard Eliezer. Termasuk ragam komentar-komentar netizen di dalam kolom komentar media sosial, yang menyaksikan lewat live streaming.

Emosi timbul karena adanya perasaan yang terpengaruh karena adanya rangsangan yang ditangkap oleh indra. Perbedaan rangsangan akan menimbulkan emosi yang berbeda.

Respons kita terkadang terpengaruh oleh kesan yang kita terima atau tangkap. Itulah yang biasa disebut dengan emosionalitas. Terbagi atas dua emosionalitas human:

Emosionalitas tinggi. Kita biasanya mudah terpengaruh oleh kesan-kesan yang kita terima. Akibatnya perhatian kita tidak mendalam, memiliki pendirian yang kuat, dan selalu ingin berkuasa.

Emosionalitas rendah. Kita tidak mudah terpengaruh oleh kesan-kesan yang kita terima. Kita berhati dingin (cool), berhati-hati dalam menentukkan pendapat, praktis, pandai, dapat menahan nafsu dan selalu memberikan kebebasan kepada orang lain.

"Setiap netizen dapat menuangakan emosionalnya dengan mudah, tetapi emosional kepada orang yang tepat dan kadar (takaran) yang tepat, pada waktu yang tepat, kondisi/ruang yang tepat, tujuan yang tepat, dan dengan cara yang tepat itu bukanlah hal kesanggupan semua netizen, pastinya itu tidak mudah dapat mengendalikan emosional"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun