Mohon tunggu...
Yafet Ronaldies
Yafet Ronaldies Mohon Tunggu... Freelancer - Human Mood-an

Ordinary Writer || Digital Writer || Freelance || Hobi makan || Enjoy Cook {Linke Ideologie}

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Anak Muda Kristen Mandang Filsifat

3 Juli 2022   13:02 Diperbarui: 3 Juli 2022   13:09 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Shalom Aleichem....

Assalamualaikum....

Om Swastyastu.....

 Namo Buddhaya...

Salam Kebajikan...

Btw, ucapan salam di atas yang saya letakkan pertama adalah "Shalom Aleichem" menunjukkan bahwa saya beragama Kristen menurut KTP, Akte, Kartu Keluarga dan segala hal atau berkas yang tertulis dimana ada tercantum agamaku disitu. Hehehee... Disini aku akan coba mengutarakan tentang tema yaitu, "Perspektif Kristen Tentang Persoalan Filsafat". Mungkin akan dibahas sedikit didalam sini, tentang apa itu filsafat dan sejarah Kristen.

Kalau ngomongin tentang filsafat maybe tidak terlalu familiar ya, di kalangan masyarakat pada umumnya. Tapi untuk kalangan milenial, wahh filsafat menjadi bahan diskusi waktu di caf, bahkan perkumpulan anak muda terlebih kalangan kaum revoluisoner para mahasiswa. Sebelum menuju isi ke bawahnya, ini sekali lagi hanya soal pandangan pribadiku sebagai anak muda Kristen Protestan, mengenai Si Induk Ilmu 'Filsafat'.

Filsafat dikenal dengan mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan atau bahasa sederhananya mama nya pengetahuan. Kenapa disebut induk/mamanya pengetahuan, dikarenakan lewat filsafat banyak cabang-cabang ilmu dihasilkan. 

Jauh dari keinginan untuk mendewakan dan memuliakan filsafat, kehadirannya yang terus-menerus di sepanjang sejarah peradaban manusia sejak kelahirannya sekitar 25 abad yang lalu telah memberikan kesaksian yang menyakinkan tentang betapa pentingnya filsafat bagi manusia.

Secara etimologis, istilah "filsafat", yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab) dan Philosophy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani (philosophia). Kata Philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata philos dan Sophia, berarti kekasih atau sahabat dan kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga pengetahuan. 

Jadi, secara harafiah berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan. Oleh karena istilah philosophia telah di bahasakan ke bahasa Indonesia menjadi "filsafat", seyogyanya ajektivanya adalah "filsafati" dan bukan "filosofis". Apabila mengacu kepada orangnya, kata yang tepat digunakan adalah "filsuf" dan bukan "filosof". Kecuali bila digunakan kata "filosofi" dan bukan "filsafat", maka ajektivanya yang tepat adalah "filosofis", sedangkan yang mengacu kepada orangnya adalah "filosof".

Menurut tradisi kuno, istilah philosophia digunakan pertama kali oleh Pythagoras (sekitar abad ke-6 SM). Ketika diajukan pertanyaan apakah dia seorang yang bijaksana, dengan rendah hati Pythagoras menjawab bahwa dia hanyalah philosophia, yakni orang yang mencintai dan menyanyangi pengetahuan. 

Akan tetapi, kebenaran kisah itu sangat diragukan karena pribadi dan kegiatan Pythagoras telah bercampur dengan berbagai legenda; bahkan, tahun kelahiran dan kematiannya pun tidak diketahui dengan pasti. Yang jelas, pada masa Sokrates dan Plato, istilah philosophia sudah cukup populer.

Untuk memahami apa sebenarnya filsafat itu, tentu saja tidak cukup hanya mengetahui asal-usul dan arti istilah yang digunakan, melainkan juga harus memperhatikan konsep dan definisi yang diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman mereka masing-masing. Kendatipun demikian, perlu pula dikatakan bahwa konsep dan definisi yang diberikan oleh para filsuf itu tidak sama. 

Bahkan, dapat dikatakan bahwa setiap filsuf memiliki konsep dan membuat definisi yang berbeda dengan filsuf lainnya. Karena itu, ada yang mengatakan bahwa jumlah konsep dan definisi filsafat adalah sebanyak jumlah filsuf ini sendiri.

Demikian pengantar sedikit tentang bagaimana atau asal kata dari filsafat itu sendiri. Filsafat itu berasal dari kampung atau tempat kelahirannya di Yunani, kalau kita melihat para pendahulu-penduhulu tokoh filsuf yang SM sudah menjadi tokoh filsuf. Dari filsafat yang sendirinya adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, kemudian menghasilkan berbagai cabang-cabang ilmu pengetahuan dari zaman Yunani Kuno sampai masa saat ini. Jadi, jangan heran filsafat adalah salah satu ilmu tertinggi dari pada ilmu yang pernah ada di muka bumi ini.

This main point, filsafat kadang dipakai sebagai ilmu untuk mencari kebenaran sampai pada titik akar kebenaran tersebut. Atau biasa orang-orang seperti ini tidak puas dengan kebenaran yang di jabarkan oleh manusia atau bahkan teologi-teologi agama (Kristen) masih saja tidak puas, tentang persoalan kebenaran Alkitab. Bahkan lebih ekstrimnya ketika filsafat dipakai untuk mencari hirarki kebenaran tentang keberadaan Tuhan, bhaksss...

Basically, filsafat memang bagus dan sangat critical dalam membaca atau menganalisis sebuah bacaan atau melihat suatu kebijakan publik. Ilmu filsafat diperlukan untuk mengkritisi, menalar dengan pikiran berdasarkan cabang-cabang ilmu filsafat. Dan rata-rata yang mendalami filsafat ini, kebanyakan Atheis atau bahkan agnostik ateis. 

Para kaum cendikiawan filsafat (yang mendeklarasikan diri menjadi agnostik ateis bahkan ateis) pada umunya mempertanyakan keberadaan Tuhan. Ini juga akibat dari dampak manusia yang mempunyai freedom sehingga para human bebas dengan sesuka hati dalam menalar ilmu pengetahuan apapun, bahkan biasanya menciptakan suatu doktrin atau teori-teori yang membuat para pembacanya menjadi ragu akan keberadaan Tuhan.

Menurut-ku, agak norak dan terlalu overdosis ketika ada orang-orang yang masih saja mempertanyakan keberadan Tuhan secara ilmiah atau harus dibuktikan secara konkret. Simple nya ginilah buat kaum cendikiawan filsafat khususnya mereka yang menggap diri agnostik ataupun ateis, ilmu pengetahuan manusia itu tidak mampu dan tidak bias terselami pikiran dari Tuhan. 

Aku spill ayat Alkitab bilang gini Kitab Injil Yohanes Pasal 20 Ayat 29 "Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Itu perkataan Yesus ketika bersama-sama dengan murid-muridnya. Finally, aku cuman mau nyampaiin kepada pembaca, alangkah keren dan bermanfaatnya ketika ilmu filsafat di pakai dalam menganalisis atau mengkritisi ilmu seperti problem hukum, politik, ekonomi, sosial bahkan kebijakan publik. Maka rediscover filsafat timbul di era jaman now. Kan gak ada ruginya buat percaya sama Tuhan, hmm colek buat kaum-kaum agnostik ateis & penghirup ateis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun