Dewi Sekar sudah tidak sadarkan diri selama tiga hari tiga malam. Pada hari ketiga dia baru siuman. Matanya terbuka pelan-pelan, sadar bahwa saat itu dia sedang berada di suatu ruangan di sebuah pondok kayu yang berukuran sedang. Tiba-tiba dia merasakan sensasi hangat di sekujur tubuhnya, setelah diamati ternyata hampir seluruh tubuhnya telah dibalur oleh suatu ramuan obat.Â
Di atas meja yang berada di samping kanannya, terlihat ada segelas minuman obat yang sudah tidak penuh lagi isinya. Dewi Sekar ingat, terakhir kali dia bertarung dengan Nyi Sundel kemudian kalah dan menjadi bulan`bulanan Nyi sundel sampai akhirnya tak sadarkan diri.
Beberapa jam kemudian, jaka Someh masuk ke dalam gubuk itu dan mendapati Dewi Sekar sudah siuman. Melihat Dewi Sekar sudah sadar, Jaka Someh merasa senang, kemudian dia berkata kepada Dewi Sekar
"Alhamdulillah Nyai sudah sadar...sudah tiga hari tiga malam Nyai pingsan...akang menemukan Nyai tergeletak di kebun sayur milik akang..."Â
Jaka Someh berbohong kepada Dewi Sekar bahwa dia menemukan Dewi Sekar tergeletak pingsan di kebun sayurnya, padahal sebenarnya Jaka Someh lah yang menolong Dewi Sekar dari kejahatan Nyi Sundel yang kejam. Dewi Sekar berkata pelan kepada Jaka someh
"Akang ini siapa...?".Â
Mendengar suara Dewi Sekar yang pelan dan lemah, Jaka Someh tersenyum, kemudian dia memperkenalkan diri
 "Nama akang  Jaka Someh, Nyai...atau Nyai juga bisa memanggil akang dengan sebutan Kang Someh...Akang  disini hidup menyendiri, kebetulan akang adalah seorang petani yang sedang menggarap lahan di bukit ini...oh iya, Nyai ini  siapa? Kenapa nyai bisa sampai ke bukit ini dalam keadaan pingsan?"Â
Dewi Sekar hanya menganggukan kepalanya dengan pelan, kemudian dia mengenalkan dirinya kepada Jaka Someh yang telah menolongnya
"Nama saya Dewi sekar harum...tapi akang bisa memanggil saya Sekar..."Â