Bayi Asih di beri nama Jalu oleh pak Rohadi, yang berarti laki-laki jantan.
Meskipun Jalu bukan anak kandung Jaka Someh, namun Jaka Someh tetap memberikan kasih sayang yang tulus kepada bayi tersebut. Jaka Someh-lah yang memandikan dan menggendong Jalu. Bahkan dia juga yang membersihkan kotoran Jalu.
Asih merasa berterima kasih kepada Jaka Someh yang telah tulus mau menerima dan merawat bayinya itu.
Tanpa terasa, pernikahan Jaka Someh sudah berjalan dua tahun setengah lebih. Jalu juga sudah pandai mengucapkan beberapa kata-kata seperti kata “pak”, “bu”, “mamam” dan kata-kata pendek lainnya.
Anak itu ternyata sangat aktip dan banyak tingkahnya. Jaka Someh sangat menyayanginya, meskipun sadar kalau Jalu bukan anak kandungnya. Tingkah laku Jalu yang menggemaskan membuat Jaka Someh merasa terhibur.
Pernah suatu ketika, Jaka Someh membuat minuman bandrek dengan air panas. Bandrek tersebut memiliki jahe yang super panas sehingga rasanya pun terasa pedas. Karena masih panas, Jaka Someh mengangin-anginkannya di atas meja ruang tengah. Ketika panasnya sudah mulai berkurang, tiba-tiba Jalu mendekat ke meja itu. Dia segera memegang gelas bandrek itu dan langsung meminumnya. Jaka Someh berkata
“Jalu...jangan minum itu...taruh lagi minumannya nak...”
Tanpa menghiraukan peringatan Jaka Someh. Jalu tetap meminumnya sampai setengah gelas, sisanya dia simpan kembali di atas meja.
Jalu terdiam beberapa saat, seperti sedang menikmati manisnya gula bandrek yang baru saja dia minum. Melongo beberapa saat, namun akhirnya dia berteriak keras, menangis karena merasakan pedasnya Jahe bandrek
“Huaaa.hua...panas...panas...panas..ss...”
Jaka Someh yang melihat Jalu menangis kencang, menjadi panik. Wajah Jalu ternyata berubah menjadi merah. Tanpa panjang lebar, Jaka Someh segera berlari mencari segelas air putih di dapur. Kemudian memberikannya ke Jalu.