Kini kita tinggal di hutan belantara, tempat dimana yang berlaku hanya hukum rimba, yang kuat menjadi penguasa dan yang lemah menjadi objek penderita.
Tapi, penguasa di hutan belantara kita saat ini bukanlah manusia yang kuat, karena penguasa sesungguhnya adalah lembar-lembar kertas dengan angka yang bernama uang yang dipuja bagai berhala.
Di hutan belantara kita, hilangnya seribu nyawa bagaikan hilangnya debu ditiup angin, melayang hingga ujung pandangan mata. Di hutan belantara kita, jatuhnya pesawat udara bagaikan jatuhnya serangga, tidak mampu memberikan efek jera bagi pemegang tampuk kuasa untuk segera melakukan perubahan yang nyata. Di hutan belantara kita, jalan raya adalah jalan menuju kematian, bagaikan melaju di padang ranjau. Di hutan belantara kita, meyeberangi jembatan bagaikan menyeberangi jembatan shiraatal mustaqiim.Di hutan belantara kita, gunung api berterbangan mengingatkan siapa sebenarnya penguasa alam semesta.
Arti kedamaian di hutan belantara kita adalah ketika minoritas tunduk kepada mayoritas.
Arti keadilan di hutan belantara kita adalah ketika yang kuat dapat semena-mena kepada minoritas.
Arti kesejahteraan di hutan belantara kita adalah ketika yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Arti persatuan di hutan belantara kita adalah bersatunya kekuasaan, kedzaliman dan keserakahan.
Hutan belantara kita adalah tempat ternyaman untuk bersarangnya buaya darat, anjing rakus, tikus kantor dan kelelawar penghisap darah yang tidak henti-hentinya membuat kegaduhan dan membuang energi seluruh negeri.
Pupus sudah harapan untuk terus maju di hutan belantara kita ini. Hanya sekedar berjuang agar tetap bertahan hidup hingga ajal tiba.
salam hutan belantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H