Mohon tunggu...
Yacinta Rengganis
Yacinta Rengganis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Agroteknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

[Kearifan Lokal] Susuk Wangan sebagai Bentuk Konservasi Air dalam Pertanian Berkelanjutan

16 Juli 2023   07:00 Diperbarui: 16 Juli 2023   07:06 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : foto Hersant (oligarkinews)

Nilai spiritual Tradisi Susuk wangan

Budaya lokal tidak lepas dengan spiritual. Setelah membersihkan saluran air, biasanya masyarakat setempat melakukan slametan. Masyarakat membawa tumpeng, sesajen, ingkung, gunungan, bubur, ayam jantan dan uborampe lainya sesuai adat istiadat daerah masing-masing. Bawaan tersebut memiliki makna dan tujuannya masing-masing.

Misalnya, Sesajen dipakai sebagai simbol yang berbau gaib. Dengan menyajikan beberapa jenis makanan dalam bentuk sesajen, orang-orang Jawa percaya bahwa makhluk supranatural yang mendiami suatu tempat akan merasa tenang dan tidak mengganggu kehidupan manusia serta dapat menjaga keseimbangan alam. Gunungan melambangkan hasil pertanian, tumpeng yang berbentuk kerucut melambangkan segala permohonan ditujukan kepada Tuhan dengan harapan semua permohonan dapat terkabul.

Dan masih banyak lagi tentunya nilai-nilai spiritualitas lainnya yang berkembang didaerah masing-masing. Masyarakat melakukan apa yang dipercayainya untuk menjaga aliran air. Namun, pada akhirnya semua ini memiliki tujuan dan maksud yang sama.

Tradisi susuk wangan ini pada intinya dilakukan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat sekitar kepada Tuhan yang telah memberikan berkat sumber air melimpah bagi kehidupan manusia. Sehingga sebagai pengguna dari berkat Tuhan, sepatutnya menjaga dan melestarikan dengan tidak merusak namun merawat.

Tradisi susuk wangan juga bermanfaat untuk lingkungan sekitar. Pembersihan irigasi pastinya juga dibarengi dengan pembersihan daerah sekitarnya. Dengan bergotong royong masyarakat setempat dapat menjaga lingkungan dan ekosistem yang ada disekitar mata air.

Dampak ekonomi dapat dirasakan secara tidak langsung dengan adanya tradisi ini. Dengan adanya air yang cukup dalam mengairi lahan sawah, cukup membantu petani dalam melaksanakan kegiatan bercocok tanam. Sehingga scara tidak langsung juga dapat memperoleh hasil yang membantu perekonomian.

Sumber :

Fatmawati, Ragil. 2020. Nilai-Nilai Filosofis Tradisi Susruk Wangan Di Desa Watuagung Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

Rumini. 2022. Tersisihnya kearifan lokal di Era Digital. Penerbit P4I.

Wiganingrum, Anditya, Leo Agung, Sri Wahyuni. 2017. Nilai Kearifan Upacara Tradisional Susuk Wangan Sebagai Bentuk Solidaritas Sosial Dan Pelestarian Lingkungan Di Desa Setren Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Prodi Sejarah Fakultas FKIP UNS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun